Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemasan Plastik Mengandung BPA Kembali Disorot, Regulasi Diperlukan

Kompas.com - 13/10/2021, 19:56 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Plastik kemasan pangan yang mengandung Bisphenol-A (BPA) kembali
menjadi sorotan.

Bisphenol-A atau BPA adalah kandungan berbahaya yang memiliki risiko jangka panjang yang tidak boleh digunakan dalam kemasan pangan (makanan dan minuman), terutama yang dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui, serta balita.

Menurut Nia Umar, Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA), BPA menjadi problematis karena ada di mana-mana dan bisa masuk dengan mudah dalam rantai konsumsi.

Baca juga: 4 Cara Menghilangkan Bau pada Botol Minum Plastik Baru

Menurut dia, BPA dengan mudah masuk ke dalam rantai makanan dan dapat ditemukan dalam urine, darah, termasuk darah ibu hamil, tali pusat, dan ASI.

“BPA memiliki risiko yang sangat besar terhadap ibu hamil. BPA mengganggu kerja endokrin dan meniru
estrogen,” ungkap Nia dalam diskusi virtual bertajuk Mendesain Regulasi Bisphenol-A (BPA) yang Tepat, Rabu (13/10/2021).

“BPA adalah polusi yang tidak terlihat dan tidak tercium, namun bisa masuk kemana-mana dengan
berbagai cara. Penggunaannya yang terlalu masif dan tidak disadari akan membuat banyak orang terkena penyakit akibat paparan BPA,” tambahnya.

Nia berharap pemerintah bisa tegas dalam mengatur kemasan yang mengandung BPA. Dia memandang, harus ada aturan yang tegas dan kampanye resmi yang ditayangkan di semua media yang berisi edukasi tentang BPA.

Baca juga: Trik Membersihkan Botol Minum Plastik agar Terlihat Seperti Baru

"Dan BPOM perlu mengkaji ulang regulasinya,” ungkap Nia.

Sementara itu, Irfan Dzakir, dokter spesialis anak, anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menyampaikan bahwa toksisitas BPA telah menjadi perhatian, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika. Toksisitas BPA menimbulkan berbagai penyakit.

“Efeknya sangat luas di berbagai kelompok. Sudah banyak studi yang membuktikan hal tersebut, dan untuk mencegahnya dibutuhkan regulasi preventif yang menjauhkan masyarakat dari bahaya BPA,” jelas Irfan.

“BPA terdapat di seluruh bagian tubuh dan sudah banyak studi membuktikan bahwa bahaya BPA
terkait dengan gangguan hormonal, kanker, penyakit saraf dan obesitas,” ungkap dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com