Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2020, 09:40 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Catster

JAKARTA, KOMPAS.com - Merawat kucing peliharaan haruslah cermat. Setiap kondisi yang dialami kucing harus diamati dengan baik, sebab bisa saja ini adalah tanda kondisi yang lebih serius.

Salah satunya adalah bulu kucing yang rontok atau dikenal dengan istilah alopecia. Kondisi ini dapat berupa kerontokan penuh atau sebagian pada kucing.

Dilansir dari Catster, Rabu (9/12/2020), menurut Fiona Bateman, asisten profesor dermatologi di University of Georgia’s Veterinary Teaching Hospital, Amerika Serikat, beberapa jenis kucing memiliki keturunan alopecia. Misalnya adalah kucing Sphynx yang lahir tanpa bulu dan tidak pernah tumbuh hingga dewasa.

Baca juga: Kucing Bisa Mengalami Hamil Palsu, Ini Tanda-tandanya

Ada pula tipe alopecia yang normal, yakni alopecia pinnal, di mana kerontokan bulu terjadi di bagian luar telinga atau pinna. Kondisi ini normal terjadi pada kucing jenis Siamese, namun biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.

Selain itu, ada juga tipe alopecia preaurikular, yakni penipisan bulu pada kulit antara telinga dan mata. Namun, ini pun merupakan kondisi normal.

Selain dari itu, kerontokan bulu pada kucing biasanya terjadi karena banyak faktor. Berikut ini merupakan 6 penyebab bulu kucing rontok yang perlu diketahui.

1. Alergi

Alergi dapat menyebabkan bulu kucing rontok, utamanya alergi terhadap kutu. Kutu dapat menggigit dan mengganggu kucing mana pun, tetapi beberapa kucing memiliki hipersensitivitas terhadap antigen di dalam air liur kutu.

Baca juga: Jenis Cacing yang Bisa Menginfeksi Kucing Peliharaan

Bila mengalami alergi ini, kucing menjadi sangat gatal jika bertemu kutu. Respons kucing adalah umumnya menggaruk dan menjilat bagian yang gatal hingga membuat bulu rontok.

Kudis juga dapat membuat kulit kucing gatal, yang menyebabkan kucing merespons berlebih juga dan bulu menjadi rontok. Tungau, alergi makanan, dan alergi lingkungan juga dapat menyebabkan gatal-gatal.

2. Sakit

Bateman menyebut, terkadang kucing terlalu sering menjilati area tubuhnya bukan karena gatal, tetapi karena jaringan di bawah kulitnya sakit. Kucing dengan artritis, misalnya, mungkin terus-menerus menjilat persendian yang sakit karena nyeri.

Menjilati bagian yang sakit membantu meredakan ketidaknyamanan. Masalahnya, kucing juga menjilati bulu.

Bateman pernah melihat seekor kucing yang tulang rusuknya retak. Kucing itu menjilati bagian yang menyakitkan sehingga dia menjadi botak di sekitar tulang itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com