Meski demikian, berdasarkan keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (17/10/2022), Teten mengatakan perlu waktu dan dukungan dari berbagai pihak dalam membangun ekosistem sehingga ke depannya pengusaha Indonesia bisa meningkatkan daya saingnya.
“Tanaman hias paling banyak membuka peluang bagi usaha keluarga maupun perorangan dan butuh agregatornya, misalnya, untuk mendorong masuk ke negeri maupun ke luar negeri,” ucapnya ketika berkunjung ke Floriculture Indonesia International (FLOII) Convex 2022, Sabtu (15/10/2022).
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ekspor tanaman florikultura mengalami peningkatan cukup signifikan pada 2020-2022. Pada Januari-Juli 2020, jumlah ekspor mencapai angka 2,980 juta kilogram (kg).
Pada periode 2021, jumlah ekspornya naik menjadi 3,414 juta kilogram. Lalu, pada 2022 dalam periode bulan yang sama, jumlah ekspor mengalami peningkatan menjadi 4,468 juta kilogram.
Selama Januari-Juli 2022, nilai ekspor tanaman hias asal Indonesia sudah mencapai Rp 1,3 triliun. Beberapa negara tujuan utama ekspor tanaman hias Nusantara adalah Amerika Serikat, Eropa, Uni Emirat Arab, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Indonesia adalah negara megabiodiversitas yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk florikultura atau tanaman hias.
Menilik potensinya yang besar, keanekaragaman hayati perlu lebih dioptimalkan guna menyejahterakan masyarakat dan sisi konservasinya.
Hal ini diungkapkan sejumlah narasumber dalam konferensi “Keberlanjutan Keanekaragaman Hayati Indonesia dalam Usaha Tanaman Hias” di Hall A Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu.
Salah satu konferensi ini merupakan salah satu rangkaian acara FLOII Convex 2022. Konferensi ini turut dihadiri Koordinator Pendaftaran Varietas Tanaman—Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, M Lutfhul Hakim.
Lalu Analisis Kebijakan Ahli Muda Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Inge Yangesa, dan Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Puji Lestari.
Kemudian penggiat tanaman hias sekaligus pendiri Han Garden, Handry Chuhairy, dan praktisi tissue culture dan pendiri Esha Flora, Edhi Sandra.
Menurut Puji, ada sejumlah tantangan yang perlu dijawab guna meningkatkan perdagangan florikultura dari Indonesia, di antaranya mencakup kompetensi sumber daya manusia (SDM) di sektor tanaman hias yang masih minim, tidak adanya vokasi di sektor tersebut, serta kurangnya investasi benih dan permodalan pengusahan.
Kemudian, tambah Puji, belum tersedianya sistem informasi yang terintegrasi antara produksi dan kebutuhan pasar.
Untuk itu, kata Puji, diperlukan inovasi dalam industri tanaman hias Indonesia sehingga para pelaku usaha dapat meningkatkan daya saing di pasar global.
Inovasi teknologi, misalnya, dapat menunjang produktivitas benih dan tanaman serta memunculkan varietas unggul.
Hingga saat ini, ada 300 varietas yang telah dilepas yang berasal dari sejumlah spesies, misalnya bunga krisan dan anggrek.
“Inovasi menghasilkan nilai tambah dan pengembangan produk. Inovasi adalah komponen kunci dari modernisasi florikultura,” jelas Puji.
Handry mengungkapkan, ada sejumlah cara yang bisa diterapkan para pelaku usaha tanaman hias agar bisa menembus pasar domestik dan global, salah satunya menemukan passion atau pola kesukaan akan suatu varietas tanaman hias dan perlu memahami segmen yang akan dituju.
Selanjutnya, para pelaku usaha perlu menegaskan posisinya dalam usaha seperti menjadi petani bibit, petani tanaman siap jual, atau distributor.
https://www.kompas.com/homey/read/2022/10/17/171800576/industri-tanaman-hias-indonesia-berpotensi-makin-eksis-di-pasar-global