Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Perundingan Gencatan Senjata di Gaza Selalu Menemui Jalan Buntu?

Kompas.com - 11/04/2024, 19:09 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

GAZA, KOMPAS.com - Meski ada tekanan dari mediator internasional, kenapa perundingan gencatan senjata di Gaza selalu menemui jalan buntu?

Hal itu bisa dilihat dalam perundingan ditetapkan batas waktu 48 jam awal pekan ini, namun pada Kamis (11/4/2024) hari ini, Hamas maupun Israel tidak tidak menunjukkan tanda-tanda menyetujui gencatan senjata.

Sebelumnya, Amerika Serikat, Mesir dan Qatar menyusun kerangka kesepakatan yang mencakup penghentian pertempuran selama enam minggu dan pertukaran sekitar 40 sandera dengan ratusan tahanan Palestina.

Baca juga: Pidato Idul Fitri Raja Salman: Perang di Gaza Harus Diakhiri

Hal ini juga akan meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan banyak pengungsi yang kembali ke rumah mereka.

Proposal tersebut pada akhirnya bertujuan untuk menjamin pembebasan 129 sandera yang diyakini masih hidup di Gaza, bersamaan dengan keluarnya seluruh pasukan Israel.

"Tetapi, saat ini negosiasi menemui jalan buntu," kata Hasni Abidi dari Pusat Studi dan Penelitian Dunia Arab dan Mediterania yang berbasis di Jenewa.

Dikatakan bahwa belum ada pihak yang menyerah.

"Hamas sedang mempelajari tawaran tersebut. Hamas belum memberikan tanggapan," terang juru bicara Hamas di Doha, Hossam Badran, kepada AFP.

Hamas menginginkan gencatan senjata permanen di Gaza, yang pada saat ini tidak dapat diterima oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang telah berjanji untuk melenyapkan semua batalyon Hamas.

Dia mengatakan empat batalyon terus beroperasi di Rafah, benteng terakhir Hamas di Gaza selatan, tempat sekitar 1,5 juta warga Palestina mengungsi.

Netanyahu telah berjanji untuk melancarkan invasi darat ke Rafah, mengabaikan protes internasional terhadap hal tersebut, termasuk dari Amerika Serikat.

Baca juga: Biden Kembali Kritik Cara Netanyahu Tangani Perang di Gaza

Para analis merasa bahwa Israel akan mendapatkan keuntungan dari gencatan senjata, meskipun itu hanya sebuah langkah taktis, mengingat Israel telah kehilangan 260 tentara di Gaza dan ribuan lainnya terluka.

Pada hari Minggu, Israel mengatakan mereka telah menarik semua pasukannya dari Gaza selatan, namun satu brigade mempertahankan jalur tengah melintasi wilayah tersebut.

Daniel Byman dari Fakultas Dinas Luar Negeri Universitas Georgetown mengatakan penarikan tentara tersebut, termasuk dari kota Khan Yunis, adalah untuk mempersiapkan serangan terhadap Rafah.

Ketika Israel semakin terisolasi secara diplomatis atas tingginya korban sipil di Gaza, kata Abidi, penarikan pasukan tersebut memberikan ruang bernapas yang sangat dibutuhkannya, terutama ketika berurusan dengan AS yang gagal meyakinkan dalam hal strategi perangnya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com