Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Kenapa Korea Utara Tutup Banyak Kedutaan Besar di Afrika

Kompas.com - 09/11/2023, 15:53 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Julian Ryall (Tokyo)/DW Indonesia

PYONGYANG, KOMPAS.com - Akhir Oktober lalu, Duta Besar Korea Utara untuk Angola dan Uganda mengucapkan selamat tinggal kepada para pemimpin lokal, dan media Korea Selatan berspekulasi bahwa lebih banyak kedutaan besar Korea Utara di seluruh Afrika mungkin terpaksa ditutup dalam beberapa bulan mendatang.

"Jelas bahwa mereka mengalami masalah keuangan dan posisi internasional mereka menjadi semakin terisolasi, namun mungkin juga Pyongyang tidak lagi mempunyai kepentingan langsung dengan beberapa negara tersebut,” kata Lim Eunjung, profesor studi internasional di Universitas Nasional Kongju di Korea Selatan.

Lim menambahkan, Korea Utara tidak menerima sambutan hangat di banyak negara Afrika seperti dulu.

Baca juga: Korea Utara Tutup Beberapa Kedutaan Besar di Seluruh Dunia

Angola, misalnya, pernah menerima sekitar 3.000 "penasihat” militer tahun 1970-an dan 1980-an.

Pasukan ini bertugas melatih pasukan lokal dan turut berperang melawan pasukan Afrika Selatan. Tetapi pemerintah Angola mulai menjauhkan diri dari Korea Utara pada 2019 ketika, di bawah tekanan PBB, mereka mendeportasi hampir 300 warga Korea Utara.

Pasukan Korea Utara juga melatih personel militer Uganda, termasuk seni bela diri, dan ada dugaan senjata ringan buatan Korea Utara diimpor ke negara tersebut.

Pyongyang juga membina hubungan dekat dengan Ethiopia dan Kenya dan merupakan sekutu jangka panjang Zimbabwe.

Masih harus dilihat apakah tekanan internasional terhadap pemerintahan di negara-negara ini akan mendorong mereka menjauhkan diri sekarang, kata Lim.

Korea Utara makin dekat dengan Rusia

"Banyak negara di ‘selatan' sekarang melihat risiko yang lebih besar dalam menjalin hubungan erat dengan Korea Utara, dan mereka tidak lagi melihatnya sebagai mitra diplomatik yang diinginkan,” kata Lim Eunjung lebih lanjut.

"Perilaku Korea Utara sering kali keterlaluan di mata masyarakat internasional dan mereka tidak menoleransinya lagi.”

Namun, Korea Utara juga telah mendekat ke Rusia. "Mereka semakin dekat dengan Moskwa demi kelangsungan hidup mereka, dan ini bukanlah hal yang tidak terduga,” tambah Lim.

"Segera setelah Rusia menginvasi Ukraina tahun lalu, Korea Utara memberikan dukungan dan kini memasok peluru artileri dan senjata lainnya untuk perang."

"Sebagai imbalannya, mereka menerima bahan bakar dan makanan, yang keduanya sangat dibutuhkan namun tidak dapat diperoleh dari negara-negara Afrika."

Baca juga:

Toshimitsu Shigemura, profesor politik di Universitas Waseda Tokyo, berpendapat bahwa tingginya biaya pengoperasian misi diplomatik di luar negeri juga menjadi faktor penting di balik keputusan Pyongyang untuk menutup beberapa misi diplomatik, namun ada pertimbangan lain.

"Kedutaan Besar Korea Utara tidak menerima uang apa pun dari Pyongyang dan mereka terpaksa mencari penghasilan sendiri,” katanya kepada DW.

Cara termudah untuk melakukan hal ini adalah dengan cara yang ilegal, tambahnya, karena diplomat Korea Utara di masa lalu terlibat dalam penyelundupan rokok palsu, mata uang, narkotika sintetis, senjata dan bahkan cula badak, sering kali melalui kantong diplomatik.

Surat kabar Jepang Yomiuri juga melaporkan bahwa Korea Utara akan menutup konsulat yang dibuka di Hong Kong pada 1999, dua tahun setelah bekas jajahan Inggris itu dikembalikan ke kendali China.

Konsulat tersebut secara luas dipandang sebagai salah satu stasiun luar negeri Korea Utara yang paling penting, tetapi sekarang oleh China.

Banyak diplomat yang membelot

"Saya juga yakin Korea Utara khawatir akan semakin banyak diplomatnya yang membelot, yang merupakan sumber rasa malu di masa lalu,” kata Toshimitsu Shigemura.

Thae Yong-ho, mantan wakil duta besar untuk London, membelot bersama keluarganya pada tahun 2016 dan sejak itu terpilih menjadi anggota parlemen Korea Selatan, di mana ia menjadi kritikus vokal terhadap Pyongyang.

Demikian pula mantan duta besar Korea Utara untuk Italia Jo Song-gil menghilang bersama istrinya pada 2020 dan sekarang tinggal di Korea Selatan.

Tahun berikutnya Ryu Hyun-woo, mantan penjabat utusan untuk Kuwait juga membelot.

"Banyak diplomat yang senang tinggal di luar negeri dan tidak ingin kembali ke Korea Utara, sehingga mereka membelot,” kata Toshimitsu Shigemura.

Bagi para pemimpin di Pyongyang, itu adalah pengkhianatan, namun juga memalukan, pungkasnya.

Baca juga: AS: Korea Utara Kirim 1.000 Kontainer Militer ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Mengapa Korea Utara Tutup Banyak Kedutaannya di Afrika?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com