TEL AVIV, KOMPAS.com - Iron Dome (Kubah Besi) milik Israel disebut sebagai salah satu sistem pertahanan udara paling efektif di dunia, tetapi sebagian roket Hamas dapat lolos dari intersepsinya.
Rudal-rudal Iron Dome dirancang untuk menanggapi ancaman jarak pendek dari Gaza serta Lebanon selatan, dan telah mencegat ribuan roket sejak beroperasi pada 2011.
Kementerian Pertahanan Israel mengeklaim, Iron Dome mampu menangani berbagai ancaman secara bersamaan dengan tingkat keberhasilan hingga 90 persen.
Baca juga: Mengenal Iron Dome, Senjata Israel untuk Melawan Roket Hamas
Namun, intensitas serangan roket dari Hamas secara mendadak pada Sabtu (7/10/2023) pagi membuat Iron Dome kewalahan, kata Malcolm Davis yang merupakan analis senior strategi pertahanan di Australian Strategic Policy Institute.
Hamas mengeklaim sekitar 5.000 roket diluncurkan ke Israel dalam waktu kira-kira 20 menit.
Sementara itu Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperkirakan, 2.200 roket ditembakkan tetapi tidak menyebutkan berapa banyak yang dicegat.
Roket-roket Hamas itu ditembakkan ke arah Israel selatan dan tengah, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem. Salah satunya menghantam rumah sakit di kota pesisir Israel, Ashkelon.
Serangan tersebut bertujuan mengurangi jumlah pencegat rudal di Iron Dome, kata Malcolm Davis.
“Anda sudah lihat rekaman rudal pencegat (Israel) meledakkan roket-roket Hamas di udara, tetapi jumlah rudal pencegat itu sempat terbatas,” katanya, dikutip dari ABC News Australia pada Selasa (10/10/2023).
“Jadi salah satu cara mengalahkannya adalah dengan membuatnya kewalahan, dan itu kelemahan sistem pertahanan udara mana pun.”
Akan tetapi, Michael Shoebridge selaku direktur dan pendiri lembaga think tank pertahanan dan keamanan Strategic Analysis Australia berpendapat, serangan itu bukan kegagalan sistem Iron Dome.
“Bahkan sistem yang paling efektif pun bisa kewalahan saat diserang bertubi-tubi,” ujarnya.
“Dari yang saya lihat, pertahanan udara ini masih luar biasa mengesankan... Sewaktu saya melihat kerusakan dan kehancurannya, itu cukup terbatas bagi roket dan rudal.”
Baca juga: Kenapa Israel dan Amerika Serikat Berhubungan Baik?
Dalam serangan mendadak tersebut, Hamas merobohkan penghalang perbatasan Israel dan mengerahkan ratusan prajurit ke negara itu. Ratusan orang tewas dan pecahlah konflik.
Shoebridge menjelaskan, tembakan rudal awal dari Gaza tampaknya sebagai pengalih perhatian untuk serangan darat yang baru.
Menurut Shoebridge, kemampuan rudal Hamas terbatas dan tidak akan menjadi perhatian utama Israel pada tahap ini.
"(Hamas mengerahkan pasukan) bersenjata otomatis ke Israel, ke kota-kota kecil dan desa-desa untuk membunuh tanpa pandang bulu dan menculik orang,” kata Shoebridge.
Itulah inti serangan yang sebenarnya, ia melanjutkan.
Kemudian Davis berpandangan, ada kemungkinan serangan rudal di Israel menjadi jauh lebih serius jika Hezbollah ikut terlibat.
Hezbollah memiliki jumlah roket dan rudal hingga 150.000, dan dapat menyerang seluruh wilayah Israel.
Di sisi lain, kemampuan menyerang Hamas terbatas, misalnya hanya sampai ke Tel Aviv.
Baca juga: Pemimpin Hezbollah dan Hamas Bertemu di Beirut, Bahas Kesiapan Lawan Israel
“Masalah yang akan dihadapi Israel adalah jika Hezbollah terlibat--yang tampaknya mungkin terjadi--maka Israel akan menghadapi serangan rudal jauh lebih besar dan lebih canggih,” ungkap Davis.
“Jika Hezbollah dan Iran terlibat, maka konfliknya akan jauh lebih besar."
Israel dapat mendatangkan sistem pertahanan rudal tambahan, menurut David, tetapi jumlahnya pun akan terbatas.
“Jadi selanjutnya sejauh mana mereka bisa meredam kerusakan akibat rudal dalam jumlah besar?”
Perang Israel-Hamas terbaru ini menewaskan 900 orang di pihak Israel, sedangkan di Gaza terdapat 687 korban tewas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.