Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zealandia, Benua yang Hilang di Pasifik, Kini Dipetakan

Kompas.com - 30/09/2023, 22:21 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para pemikir seperti Aristoteles, Eratosthenes, dan Ptolemy menyebutnya sebagai Terra Australis Incognita alias "Tanah Selatan yang Tidak Diketahui" dalam bahasa latin.

Untuk mencari benua imajiner ini, yang pada masa Yunani kuno diyakini berada di belahan dunia lain, penjelajah Belanda bernama Abel Tasman menjumpai daratan baru pada 1642 – gugusan pulau yang sekarang kita kenal sebagai Selandia Baru.

Tapi, saat Tasman menjumpainya, gugusan pulau tersebut jauh lebih kecil dari apa yang dia bayangkan.

Baca juga: Wanita Singapura Lakukan Pengiriman Makanan Terjauh di Dunia, Menuju Antartika, Melintasi 4 Benua

Perlu waktu 375 tahun kemudian untuk memastikan bahwa benua yang disebut Zealandia itu benar-benar ada.

Meskipun, sebagian besar benua itu kini sudah tidak terlihat dengan mata telanjang sebab 94 persen benua tersebut berada di bawah air.

Kini, sebuah penelitian baru berhasil melengkapi peta definitif Zealandia atau, sebagaimana dikenal dalam bahasa Maori, Te Riu-a-Maui.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Tectonics, para ilmuwan dari GNS Science di Selandia Baru telah membuat peta yang memuat batas-batas Zealandia secara rinci berkat sampel batuan dari dasar laut.

Benua Zealandia terbentang luas hingga lebih dari lima juta kilometer persegi, dan hingga kini seluruh permukaannya belum terbentuk.

BBC INDONESIA Luas Zealandia dibandingkan dengan benua lain.
Sejarah benua ini terkait dengan Gondwana, superbenua kuno yang terpecah-pecah pada ratusan juta tahun lalu dan menciptakan benua-benua yang kita kenal sekarang.

Zealandia terpisah sekitar 80 juta tahun yang lalu, namun tidak seperti benua tetangganya Antartika atau Oseania, sebagian besar wilayahnya terendam.

Satu-satunya bagian daratan yang tersisa di permukaan adalah pulau-pulau yang menjadi bagian dari negara Selandia Baru, wilayah teritorial Perancis Kaledonia Baru, dan wilayah yang dikuasai Australia yaitu Lord Howe Island dan Ball's Pyramid.

Karena berada di bawah laut, penelitian terkait Benua Zealandia masih terbatas sehingga menimbulkan ketidakkonsistenan mengenai bentuk dan batasannya.

Hingga saat ini, baru bagian selatan benua yang telah dipetakan.

BBC INDONESIA Zealandia di peta.
Dengan penelitian baru yang dipimpin oleh ahli geologi Nick Mortimer, dua pertiga wilayah yang hilang kini telah ditetapkan dan peta yang ada telah disempurnakan.

Sehingga, “pemetaan geologis dari survei pengintaian darat dan laut di seluruh benua Zealandia, seluas lima juta km persegi, sekarang selesai,” kata studi tersebut.

Untuk melakukan hal tersebut, tim ahli geologi dan seismolog telah mempelajari sampel batuan dan sedimen yang dikumpulkan di dasar laut, sebagian besar dari pengeboran, dan juga spesimen yang muncul di tepian pulau-pulau di kawasan tersebut.

Basal (batuan beku hitam dari lava gunung api), batu pasir, dan kerikil dianalisis dan diberi tanggal.

Para peneliti menemukan bahwa batu pasir tersebut berasal dari Zaman Kapur Atas (berusia sekitar 95 juta tahun) dan mengandung granit serta kerikil vulkanik dari Zaman Kapur Bawah (berusia 130 hingga 110 juta tahun).

Sementara, basal didata dari era Eosen (berusia sekitar 40 juta tahun).

Hasil ini, digabung dengan data anomali magnetik regional dan informasi dari penelitian lain, membantu para ilmuwan memetakan geologi bawah laut di Zealandia bagian utara.

Gunung Cook, yang tertinggi di Selandia Baru, juga merupakan yang terbesar di seluruh benua Selandia.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Gunung Cook, yang tertinggi di Selandia Baru, juga merupakan yang terbesar di seluruh benua Selandia.
Setelah penampakan pertama di Eropa pada 1642 oleh Abel Tasman (yang kemudian memberikan namanya ke Pulau Tasmania), penjelajah dan ilmuwan lain memeriksa perairan Zealandia untuk mencari benua yang hilang tanpa menyadari bahwa mereka berada di atasnya.

Petunjuk nyata pertama mengenai keberadaannya dikumpulkan oleh naturalis Skotlandia bernama James Hector, yang pada tahun 1895 mempelajari pulau-pulau di lepas pantai selatan Selandia Baru.

James Hector menyimpulkan bahwa negara tersebut adalah "sisa pegunungan yang membentuk puncak dari wilayah benua besar, yang membentang ke selatan dan timur, dan sekarang terendam.”

Kemudian, pada tahun 1995, ahli geofisika Amerika Bruce Luyendyk kembali menggambarkan wilayah tersebut sebagai benua dan menyarankan untuk menamainya Zealandia.

Baca juga: Dari Tong Tong Fair hingga Home of Komodo Dragon, Wajah Indonesia di Benua Biru...

Apa yang berubah dari temuan ini?

Kerak benua biasanya memiliki kedalaman sekitar 40 km dan jauh lebih tebal dibandingkan kerak samudra, yang biasanya hanya memiliki kedalaman sekitar 10 km.

Zealandia memiliki kedalaman sekitar 20 km karena paparannya (dasar laut yang datar dan dangkal) tersebar luas ketika terpisah dari Gondwana. Karena sangat tipis, akhirnya tenggelam, meski tidak mencapai tingkat kerak samudra normal.

Para ilmuwan berpendapat bahwa, melihat dari ketinggian keraknya dan jenis batuan penyusunnya, Zealandia jelas merupakan sebuah benua.

Selain kepentingan ilmiah, apakah ada perubahan jika para peneliti mendefinisikan Zealandia sebagai benua baru?

Tentu saja.

Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut, negara-negara dapat memperluas wilayah hukum mereka di luar Zona Ekonomi Eksklusif mereka, yang mencapai 370 km dari pantai mereka, untuk mengeklaim “landas kontinen yang diperluas”, dengan semua kekayaan mineral dan minyak yang dimilikinya.

Dengan membuktikan bahwa negaranya merupakan bagian dari benua yang lebih besar, Selandia Baru dapat memperluas wilayahnya hingga enam kali lipat.

Hal ini berarti dana untuk eksplorasi kelautan telah berlipat ganda dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Bumi Memanas, Ini Lokasi Terpanas di 7 Benua yang Capai Suhu Sekitar 50 Derajat Celsius

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com