Penulis: DW/Oliver Pieper
BERLIN, KOMPAS.com - Timnas sepak bola Jerman banyak dicibir ketika mengampanyekan pengakuan bagi minoritas seksual pada Piala Dunia 2022 di Qatar.
Sebenarnya sudah sejauh apa pencapaian Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) dalam menjamin hak LGBTQ di dalam negeri mereka?
Ketika tim nasional sepak bola Jerman menghadapi Kosta Rika di babak penyisihan grup di Doha, Qatar, Sven Kistner tidak sejenak pun menonton jalannya pertandingan.
Baca juga: Piala Dunia: Aksi Pemain Timnas AS Peluk Pemain Iran yang Kalah Tuai Pujian
Bagi penggemar berat sepak bola sepertinya, aksi boikot terhadap Piala Dunia 2022 di Qatar adalah sebuah pengorbanan.
“Kami, suporter dari kalangan queer, sudah merasa pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia sebagai ide gila demi uang,” kata Kistner kepada DW.
“Terutama dengan tingginya angka pelanggaran HAM di Qatar, entah itu terhadap buruh migran, perempuan, dan tentu juga terhadap komunitas queer,” tambahnya.
Selama 15 tahun terakhir, Kistner berkampanye untuk membuat sepak bola kian ramah bagi kaum LGBTQ.
Pada 2006, dia ikut mendirikan Queerpass Bayern, klub suporter pertama bagi kaum gay dan lesbian di Bayern München, ketika yel-yel homofobia masih sering bergema di dalam stadion.
“Jumlahnya sudah banyak berkurang selama 15 tahun terakhir,” kata Kistner.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.