TEHERAN, KOMPAS.com - Ketika protes pada November 2019 pecah di seluruh Iran menyusul lonjakan harga bahan bakar yang tiba-tiba, terjadi penutupan total internet selama hampir seminggu.
Hal ini membuat sebagian besar dari 85 juta penduduk offline, hal yang hampir sama seperti saat ini, di tengah protes keras menyusul kematian Mahsa Amini di tangan polisi moral.
Dilansir dari Al Jazeera, selama beberapa hari pertama, situs web lokal mati dan kantor pemerintah serta bank offline.
Baca juga: Situasi Gawat Kerusuhan Iran: Aparat Tak Ragu Tembak Jarak Dekat, Gambar Besar Khomeini Dirobohkan
Setelah minggu pertama, penutupan total dicabut tetapi beberapa pembatasan berlanjut di beberapa bagian negara di mana protes masih berkecamuk.
Akan tetapi, sejumlah berbeda kali ini, karena pihak berwenang menemukan cara berbeda untuk membatasi akses internet.
Situs web dan layanan lokal tetap online agar tidak memengaruhi ekonomi domestik.
Beberapa penyedia internet, terutama perusahaan swasta, tidak terlalu terpengaruh dibandingkan yang lain.
Baca juga: Ukraina Terkini: Odessa Diserang Drone Iran Lagi
Namun, bagi orang-orang yang menggunakan penyedia terbesar di negara itu, seperti MCI dan Irancell, menggunakan ponsel mereka dan mendapatkan internet di rumah menjadi lebih sulit.
Konektivitas dibatasi dari sekitar jam 4 sore sampai lewat tengah malam, saat protes berlangsung.
Selama jam-jam itu juga menjadi sangat sulit untuk terhubung ke jaringan virtual pribadi (VPN), yang digunakan sebagian besar orang Iran untuk menghindari pembatasan.
Baca juga: Lebih dari 75 Orang Dilaporkan Tewas dalam Kerusuhan Iran, 1.200 Ditangkap
WhatsApp dan Instagram tetap diblokir di seluruh negeri, yang berarti semua media sosial dan aplikasi perpesanan utama kini telah difilter di Iran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.