Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diguncang Gempa M 7,6, Papua Nugini Berjuang Selamatkan Korban, Pilot Terbang “Non-stop”

Kompas.com - 13/09/2022, 21:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

PORT MORESBY, KOMPAS.com - Pengangkutan udara ke daerah-daerah terpencil di Papua Nugini dioperasikan tanpa henti, untuk membantu para sukarelawan melakukan upaya penyelamatan menjangkau para korban yang masih terdampar dua hari setelah gempa bumi berkekuatan 7,6 SR.

Gempa Papua Nugini melanda pada Minggu (11/9/2022) sekitar pukul 09:45 waktu setempat, dan menewaskan sedikitnya tujuh orang, serta merusak infrastruktur dan properti pribadi.

Skala kerusakan sebenarnya dari bencana baru perlahan mulai muncul, menurut pekerja bantuan, sebagaimana dilansir Al Jazeera pada Selasa (13/9/2022).

Baca juga: Gempa M 7,8 Guncang Papua Nugini, Peringatan Tsunami Muncul

Getaran terasa sekitar 500 kilometer (310 mil) jauhnya di ibu kota Port Moresby.

Pilot Jurgen Ruh, pemilik Manolos Aviation Limited, mengatakan kepada AFP pada Selasa (13/8/2022) bahwa ia telah "kehilangan hitungan" dari jumlah evakuasi medis yang telah dilakukannya sejak gempa melanda.

“Itu belum berhenti,” kata Ruh, saat dia bersiap untuk melakukan dua penerbangan medis lebih lanjut di dataran tinggi terpencil di negara itu.

Dengan sumber daya pemerintah yang terbatas, sebagian besar upaya penyelamatan telah dilakukan oleh perusahaan swasta kecil dan sukarelawan.

Dari mereka yang diselamatkan, "orang termuda berusia dua tahun", kata Ruh, seraya menambahkan bahwa gadis itu, yang mengalami patah tengkorak, selamat setelah operasi darurat.

Pilot mengatakan perusahaannya menerima panggilan langsung dari orang-orang yang membutuhkan evakuasi, menambahkan bahwa di Papua Nugini, "jika Anda tidak membantu diri sendiri, tidak ada yang akan membantu Anda".

Baca juga: UPDATE Gempa M 6,8 di China: 65 Orang Tewas, Ratusan Masih Terdampar atau Hilang

Maki Igarashi dari Federasi Palang Merah Internasional mengatakan kepada AFP bahwa "sangat sulit" mengakses banyak lokasi karena terpencilnya daerah yang terkena dampak.

Sekretaris Jenderal Palang Merah Papua Nugini Valachie Quagliata mengatakan pada Senin (12/9/2022) bahwa medan pegunungan yang kasar di kawasan itu membuat akses menjadi sulit, dengan daerah yang terkena dampak terburuk tidak dapat diakses dengan mobil.

Setidaknya 389 rumah runtuh di kota Madang saja, menurut penilai PBB yang sekarang di lapangan. PBB mengatakan pihaknya memperkirakan laporan kerusakan akibat gempa akan meningkat ketika staf menjangkau komunitas lain.

Gunung 'menghilang'

Gempa bumi biasa terjadi di Papua Nugini, yang terletak di “Cincin Api” Samudra Pasifik, “hotspot” aktivitas seismik karena gesekan antara lempeng tektonik.

Gempa pada Minggu (11/9/2022) adalah yang terkuat yang melanda negara Pasifik sejak 2002, tetapi sejauh ini telah merenggut nyawa jauh lebih sedikit nyawa daripada 145 orang yang tewas akibat gempa pada 2018.

Baca juga: Alami 100 Gempa Bumi, Gunung Berapi di La Palma Muntahkan “Tsunami Lava”

Pihak berwenang Papua Nugini mengonfirmasi tujuh korban jiwa disebabkan oleh tanah longsor yang terjadi di dekat Pantai Rai, Kambum dan Wau, di mana tiga penambang tewas setelah terperangkap di bawah tanah.

Ruh mengatakan beberapa pilotnya sedang menerbangkan seorang ibu hamil ketika gempa terjadi dan, ketika mereka menerbangkannya ke tempat yang aman, mereka "melihat sisi gunung menghilang".

Palang Merah mengatakan internet dan pemadaman listrik setelah gempa telah membuat sulit untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang situasi di lapangan.

Pembangkit listrik tenaga air Ramu, yang terletak dekat dengan pusat gempa, rusak akibat gempa, dan layanan internet melambat secara dramatis karena dampak pada kabel bawah laut.

Sistem peringatan tsunami AS mengeluarkan peringatan setelah gempa tetapi kemudian mengatakan bahaya telah berlalu.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com