SINGAPURA, KOMPAS.com – Singapura menyatakan, tidak ada perlakuan khusus yang diberikan kepada mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.
Rajapaksa saat ini diketahui masih berada di "Negeri Singa” usai kabur dari Sri Lanka pada 13 Juli 2022 setelah kerusuhan massal akibat krisis ekonomi yang memicu warga Sri Lanka murka menyerbu masuk istana kepresidenan.
Otoritas Imigrasi Singapura (ICA) memastikan keberadaan mantan “orang kuat” Sri Lanka itu. Rajapaksa sudah menerima sekali izin perpanjangan tinggal di Singapura.
Baca juga: Singapura Izinkan Mantan Presiden Sri Lanka Tinggal Lebih Lama
Ketika tiba di Bandara Internasional Changi pada 14 juli 2022, mantan presiden berusia 73 tahun tersebut diizinkan tinggal selama 14 hari hingga 28 Juli. Izin tinggal sementaranya kemudian diperpanjang hingga 11 Agustus 2022.
Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan menyampaikan kepada parlemen, Gotabaya Rajapaksa diperlakukan sama seperti pendatang lain yang mengunjungi Singapura.
“Pemerintah Singapura tidak memberikan keistimewaan, kekebalan, dan perlakuan khusus kepada mantan kepala negara atau pemerintahan manapun termasuk Gotabaya Rajapaksa.” tutur Balakrishnan.
Sejauh ini belum diketahui bagaimana nasib Gotabaya Rajapaksa ke depannya. Apakah dia akan kembali menerima perpanjangan izin tinggal di Singapura atau meninggalkan "Negeri Merlion”.
Adapun menurut regulasi imigrasi Singapura untuk warga Sri Lanka, diketahui warga negeri “Ceylon” dapat memasuki dan tinggal di Singapura maksimum 30 hari tanpa memerlukan visa.
Gotabaya
Sempat terdengar kabar Gotabaya Rajapaksa akan kembali ke Colombo, ibu kota Sri Lanka sebagai warga sipil.
Baca juga:
Pemerintahan baru Sri Lanka telah menegaskan bahwa suami Ioma Rajapaksa itu tidak sedang berada dalam pengasingan di Singapura.
Namun, Presiden Sri Lanka saat ini Ranil Wickremesinghe tak berharap pendahulunya itu pulang kampung dalam waktu dekat.
Wickremesinghe mengatakan, sekarang bukanlah waktu yang tepat bagi Gotabaya Rajapaksa kembali ke Sri Lanka karena berpotensi kembali mengobarkan ketegangan politik.
Sumber yang dekat dengan pejabat tinggi di pemerintahan Wickremesinghe menyampaikan kepada Kompas.com, fokus Sri Lanka saat ini adalah membentuk pemerintahan persatuan nasional untuk menstabilkan situasi ekonomi dan politik.
Kabinet koalisi besar partai pemerintah dan oposisi ini ditargetkan bertugas minimal hingga kuartal pertama 2023. Pemilu dini presiden dan parlemen berkemungkinan digelar setelahnya, sumber itu melanjutkan.
Salah satu opsi lain yang dimiliki Gotabaya Rajapaksa adalah mengungsi ke Uni Emirat Arab yang kerap menjadi surga pengasingan bagi kepala negara yang terguling dari jabatannya, seperti mantan Presiden Pakistan Jenderal Pervez Musharraf, mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, dan mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra.
Tujuan lain yang memungkinkan adalah Amerika Serikat, tempat Gotabaya Rajapaksa pernah menjadi warga negara "Negeri Paman Sam” sebelum melepas passpornya untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada 2019.
Namun, diragukan apakah Gotabaya Rajapaksa dapat memperoleh visa masuk ke Amerika Serikat setelah permohonan visanya dikabarkan ditolak bulan lalu.
Baca juga: Siapa Dinasti Rajapaksa di Sri Lanka dan Kenapa Dituduh Tak Becus Pimpin Negara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.