Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andreas Renard Widarto
Pengusaha

Millennial, Pengusaha & Mahasiswa Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro

Krisis Sri Lanka: Kegagalan Manajemen dan Tata Kelola Keuangan

Kompas.com - 23/06/2022, 10:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berbagai proyek infrastruktur tanpa pertimbangan finansial yang rasional dinilai turut memberikan kontribusi pada krisis ekonomi yang menimpa Sri Lanka, walaupun bukan merupakan penyebab utama.

Kebijakan populis dan politis lainnya yang dipercaya turut memberikan andil bagi krisis ekonomi yang terjadi adalah pemotongan tarif pajak yang dilakukan Presiden Gotabaya Rajapaksa pada akhir 2019.

Pemotongan tarif pajak tersebut diperkirakan mengakibatkan hilangnya pendapatan negara kurang lebih 2,2 milliar Dollar AS per tahun.

Langkah tersebut diambil semata-mata dalam rangka mendapatkan simpati dari rakyat Sri Lanka.

Sementara itu, pendapatan Sri Lanka terbesar hanyalah dihasilkan dari ekspor produk perkebunan, seperti komoditas teh dan kelapa.

Pendapatan lain yang dapat diandalkan berasal dari pariwisata. Melansir data dari otoritas pariwisata Sri Lanka diperkirakan ada sekitar 1,9 juta – 2,3 juta turis yang datang di Sri Lanka per tahun sebelum periode Covid-19.

Maka fundamental keuangan Sri Lanka sebenarnya sudah rapuh, bahkan sebelum terjadinya krisis global akibat pandemi Covid-19.

Pendapatan pas-pasan dengan terlalu banyak kebocoran akibat korupsi dan besarnya beban hutang yang tidak produktif.

Lalu datanglah badai Covid-19, ekspor menurun, demikian juga kedatangan turis yang juga terus menurun secara drastis.

Kemudian terjadilah perang di Ukraina yang berdampak sistemik pada perekonomian internasional.

Neraca perdagangan Sri Lanka terus menerus tertekan dan mengalami defisit yang semakin besar. Maka fundamental keuangan Sri Lanka yang sudah terlanjur rapuh dengan mudahnya ambyar.

Masalah keuangan Sri Lanka jika dilihat dalam skala mikro yang lebih sederhana identik dengan masalah keuangan yang melanda sebagian besar generasi muda kita.

Jika masalah keuangan dari banyak millenial hari ini adalah banyaknya pengeluaran untuk gaya hidup dan aktualisasi diri, maka masalah keuangan dari Pemerintah Sri Lanka adalah akibat banyaknya pengeluaran demi kebutuhan menjadi populer dan pertimbangan politis.

Keduanya serupa, sama–sama terjerat pada keputusan keuangan praktis yang tidak terukur produktivitas dan nilai tambahnya.

Kondisi yang dialami Sri Lanka saat ini, mungkin juga dialami oleh siapa saja. Uncertainty atau ketidakpastian merupakan koefisien yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com