Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Siap Tingkatkan Kerja Sama dengan Bangladesh sebagai Pasar Non-tradisional

Kompas.com - 30/05/2022, 22:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

DHAKA, KOMPAS.com - R. Heru Hartanto Subolo sangat antusias untuk dapat menjalankan visi dan misi yang diemban selama bertugas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia (Dubes LBBP RI) untuk Bangladesh merangkap Nepal.

Lebih khusus, dia ingin memajukan dan meningkatkan penguatan kerja sama bilateral ekonomi dan perdagangan.

Dubes Heru Subolo diketahui telah menyerahkan Surat-Surat Kepercayaan atau Credential Letters kepada Presiden Bangladesh Yang Mulia Abdul Hamid di Istana Kepresidenan ‘Bangabhaban’ pada Rabu (2/3/2022). 

Baca juga: Kapal Kargo Bangladesh di Ukraina Dihantam Rudal, 1 ABK Tewas

Pokok capaian utama Dubes Heru Subolo ke depan adalah memperkuat diplomasi ekonomi guna mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Beberapa hal yang tengah diupayakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Dhaka (KBRI) di Dhaka untuk mencapai target tersebut di antaranya, yakni penyelesaian Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Bangladesh, mendorong realisasi kesepakatan bisnis BUMN Indonesia di sektor energi di Bangladesh melalui realiasasi proyek PT Pertamina Power Indonesia (PPI) dan PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), serta meningkatkan akses pasar bagi produk strategis dan komoditas unggulan Indonesia.

Heru menjelaskan, Bangladesh adalah mitra dagang Indonesia terbesar ke-3 di kawasan Asia Selatan, di mana pihak Indonesia menikmati surplus yang cukup signifikan.

"Bangladesh merupakan mitra dagang dalam industri strategis dan ekspor produk unggulan Indonesia, antara lain pengadaan gerbong kereta oleh PT INKA, ekspor unit bus dan kelapa sawit," jelas dia dalam keterangan tertulis yang dikirim KBRI Dhaka kepada Kompas.com, Senin (30/5/2022).

Baca juga: Polisi Tangkap Pemilik Kapal Feri di Bangladesh yang Terbakar dan Tewaskan 39 Orang

Menurut Heru, Bangladesh termasuk salah satu pasar non-tradisional potensial untuk peningkatan ekspor Indonesia.

Hal ini dibuktikan dari peningkatan volume perdagangan bilateral kedua negara yang telah melonjak tajam dari 1,76 miliar dollar AS pada 2020 menjadi 3,03 miliar dollar AS pada 2021.

Bangladesh juga merupakan least developing country (LDC) terbesar dari segi populasi, dengan jumlah penduduk sekitar 162 juta (terbesar ke-8 di dunia) dengan 7 persen di antaranya kalangan kelas menengah ke atas.

Pada 2025, diprediksi kalangan menengah ke atas Bangladesh mencapai 20 persen dari total penduduk (sekitar 40 juta jiwa).

Bangladesh sendiri ditargetkan lulus menjadi negara berkembang empat tahun lagi atau pada 2026.

KBRI Dhaka mencatat, pertumbuhan ekonomi Bangladesh cukup tinggi dan stabil.

Sejak 2011, pertumbuhan ekonominya rata-rata di atas 6,8 persen. Bahkan di masa sebelum pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Bangladesh mencapai 8,2 persen pada 2019.

Baca juga: Kapal Feri di Bangladesh Terbakar, 37 Orang Tewas, 72 Luka-luka

Sementara itu, pada 2020 pertumbuhan ekonomi negara itu mencapai 8 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com