Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Mengakhiri Perang Rusia Vs Ukraina

Kompas.com - 12/04/2022, 10:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seperti diketahui, rudal panggul buatan pabrik senjata AS, yang murah, dapat membuat ‘keder’ pesawat tempur, yang mahal, untuk terbang rendah membidik target karena mudah ditembak jatuh.

Orang ketiga adalah Presiden China, Xi Jinping. Sebagai sahabat terdekat Putin, ia bisa membujuknya untuk menghentikan invasi di Ukraina.

Ia juga bisa meminta NATO untuk menahan keinginan negara-negara ex Uni Soviet untuk bergabung, termasuk Ukraina.

Namun, Xi Jinping tampak tidak berminat turun tangan untuk menghentikan serbuan Rusia atas Ukraina.

Bisa jadi diam-diam ia telah membujuk Putin untuk itu, namun kita tidak mendengar hasil konkretnya.

Padahal jika ia berhasil, maka ia akan dikenang sebagai pemimpin dunia yang cinta damai. Ia bahkan bisa mendapat hadiah Nobel Perdamaian, dan karenanya, nama baik yang dikenang dunia.

Beberapa pemimpin negara-negara lain telah berusaha mengajak Rusia dan Ukraina untuk duduk satu meja, seperti Turki, Israel, dan Perancis.

Kedekatan dengan kedua belah pihak dan posisi netralitas menjadi modal bagi negara-negara itu untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina. Namun sejauh ini hasilnya belum terlihat.

Adalah Sheikh Tamim bin Hamd al-Thani yang mungkin dapat diharapkan untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina.

Emir Qatar ini termasuk orang pertama yang dihubungi Zelensky untuk mendesak Putin menghentikan invasinya. Emir Qatar juga mempunyai hubungan baik dengan Putin.

Sebelum ini Sheikh Tamim sudah berhasil menghentikan pertikaian antarnegara atau antarkelompok di Afrika, Timur Tengah dan Asia Tengah, serta menengahi sengketa antara AS dan Iran perkara laboratorium nuklir.

Modal utama Qatar (Musthafa Abd Rahman, Kompas 8/4/2022) adalah, pertama, pendekatan secara rahasia kepada pihak-pihak yang berseteru.

Kedua, memberikan bantuan ekonomi bagi pihak yang lemah. Ketiga menggunakan potensi yang dimiliki untuk memperlancar perundingan, seperti stasiun televisi Al Jazira dan maskapai penerbangan Qatar Airways.

Keempat, menerapkan hukum internasional agar hasil kesepakatan diakui dan dikokohkan lembaga internasional seperti PBB.

Sheikh Tamim telah mengutus Menteri Luar Negerinya pergi ke Moskwa pada pertengahan Maret lalu untuk menjajaki perundingan. Sebelumnya, utusan Presiden Ukraina sudah bertandang ke Doha.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com