Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Skenario Akhir Perang Rusia Vs Ukraina: Bisa Lawan NATO atau Putin Dikudeta

Kompas.com - 27/03/2022, 19:30 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

KYIV, KOMPAS.com - Di tengah sengitnya invasi Rusia ke Ukraina, sulit menatap ke depan. Berita dari medan pertempuran, meja diplomasi, serta kedukaan keluarga korban tewas dan para pengungsi datang bergelombang.

Karena itu, mari duduk dengan tenang dan membahas apa saja kemungkinan yang bakal terjadi di Ukraina. Apa saja skenario yang sedang ditinjau para politisi dan perencana militer? Berikut lima kemungkinannya.

Baca juga: Kenapa Mayoritas Netizen Indonesia Dukung Invasi Rusia ke Ukraina dan Kagum dengan Putin?

Perang singkat

Dalam skenario ini, Rusia menggencarkan operasi militernya. Akan ada gempuran artileri dan serangan membabi buta di seantero Ukraina. Angkatan Udara Rusia—yang sejauh ini kurang terdengar memainkan peranan—akan melancarkan serangan udara mematikan.

Serangan siber besar-besaran juga melanda Ukraina, menargetkan sejumlah infrastruktur kunci di Ukraina. Pasokan energi dan jaringan komunikasi diputus. Ribuan warga sipil tewas.

Meskipun sudah melakukan perlawanan dengan gigih, pasukan Ukraina kalah dan Kyiv jatuh ke tangan Rusia dalam beberapa hari.

Pemerintah Ukraina kemudian diganti dengan rezim boneka pro-Rusia. Presiden Volodymyr Zelensky bisa dibunuh atau kabur ke bagian barat Ukraina atau luar negeri untuk membentuk pemerintahan terasing.

Presiden Putin mendeklarasikan kemenangan dan menarik pasukannya, namun menyisakan beberapa unit untuk mempertahankan kendali atas Ukraina. Ribuan warga Ukraina berbondong-bondong mengungsi ke Barat. Belarus menjadi negara yang tunduk pada Rusia.

Kemungkinan ini tidak mustahil, tapi bakal tergantung pada beberapa faktor: Pasukan Rusia menguasai kawasan-kawasan kunci, lebih banyak personel yang dikerahkan, dan semangat tempur pasukan Ukraina memudar.

Putin mungkin bisa mengubah pemerintahan di Kyiv serta mengakhiri upaya Ukraina bergabung ke kekuatan Barat. Meski demikian, pemerintahan pro-Rusia bakal tidak sah dan rentan mengalami pemberontakan.

Kondisi itu bakal tidak stabil dan kemungkinan konflik pecah lagi akan tinggi.

Baca juga: Apa Itu Zona Larangan Terbang dan Kenapa Ditolak NATO di Ukraina

Perang berkepanjangan

Kuat kemungkinan konflik ini akan berkepanjangan. Mungkin pasukan Rusia akan terhambat, daya juangnya menurun, logistik buruk, dan kepemimpinan yang tidak becus.

Mungkin perlu waktu lebih panjang bagi pasukan Rusia untuk merebut Kyiv karena banyak petempur bergerilya. Pengepungan untuk waktu yang lama kemudian bisa terjadi.

Hal ini mengingatkan kita pada upaya Rusia nan brutal dan lama untuk merebut serta menghancurkan Grozny, ibu kota Chechnya, pada 1990-an.

Milisi Chechnya saat pendudukan Rusia di Grozny.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Milisi Chechnya saat pendudukan Rusia di Grozny.
Kendati ketika pasukan Rusia berhasil menembus sejumlah kota di Ukraina, ada kemungkinan mereka sulit mempertahankan kendali.

Mungkin Rusia tidak mampu mengerahkan jumlah pasukan yang cukup untuk ditempatkan di negara yang sedemikian luas.

Pasukan Ukraina lantas berubah menjadi pasukan pemberontak yang efektif, punya daya juang tinggi, serta mendapat sokongan masyarakat. Adapun negara-negara Barat terus menyediakan senjata dan amunisi.

Setelah beberapa tahun, mungkin dengan kepemimpinan yang baru di Moskwa, pasukan Rusia akhirnya meninggalkan Ukraina dengan berdarah-darah seperti ketika hengkang dari Afghanistan pada 1989—satu dekade setelah bertempur melawan mujahidin.

Baca juga: Kisah Perang: Invasi Soviet ke Afghanistan yang Berujung Lahirnya Taliban

 

Perang Eropa

Mungkinkah perang ini keluar dari perbatasan Ukraina? Presiden Putin bisa saja bertekad mengambil alih bekas wilayah mendiang Uni Soviet dengan mengirim pasukan ke Moldova dan Georgia yang bukan anggota NATO.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com