Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Risiko Bencana dan Teror Nuklir dalam Perang Ukraina Vs Rusia

Kompas.com - 15/03/2022, 09:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di masa perang, atomic circle diganti oleh mata-rantai komando, kontrol, dan operasi militer. Misalnya, pada 4 Maret 2022, usai rebut reaktor nuklir non-aktif Chernobyl, militer Rusia merebut pembangkit listrik nuklir Zaporizhzhia di kota Enerhodar, pembangkit listrik nuklir terbesar di Eropa. Beberapa pihak melihat langkah pasukan Rusia adalah bagian dari instrumen taktik tempur: ‘nuclear terror’.

Respons pasar sangat cepat dan hebat. Harga-harga saham di pasar Asia, misalnya, terjun bebas atau anjlok ke level rendah. Meski badan pemantau nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut, level radiasi dan keamanan reaktor nuklir Ukraina tidak terganggu, namun, pemimpin beberapa negara (Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson) khawatir risiko keamanan seluruh benua Eropa.

Tidak jarang, serangan bukan tertuju ke pembangkit listrik nuklir, tetapi jaringan listrik misalnya generator disel pendingin reaktor nuklir, jika reaktor pembangkit listrik, dimatikan. Risiko ini pernah terjadi, ketika pasukan NATO menyerang Serbia (Kosovo) tahun 1999 dan Rusia menyerang Ukraina melalui siber tahun 2015 (Acton, 2022).

Risiko juga dapat terjadi, jika serangan dilakukan bukan dengan bom-cerdas (smart bomb atau ‘precision-bomb’), tetapi serangan dengan ‘bom-dungu’ (dumb-bomb), akibat gagal navigasi ke target dekat reaktor nuklir.

Sejak tahun 1980-an, situs nuklir telah menjadi sasaran serangan militer. Misalnya, Israel menyerang “dugaan” (tahap konstruksi) reaktor senjata nuklir Suriah; Irak mengebom dua “dugaan” (tahap konstruksi) reaktor nuklir milik Iran di Bushehr, tahun 1980-an. Serbia menyerang reaktor nuklir Krsko, milik Slovenia pada Perang Balkan; dan Azerbaijan menyerang reaktor Metsamor, milik Armenia, tahun 2020.

Serangan rudal Scud Irak gagal merusak reaktor senjata nuklir Dimona, milik Israel, dan militer Amerika Serikat menyerang Tuwaitha Nuclear Research Center, milik Irak, saat Perang Teluk (1990-1991). Ketika Rusia menyerang Crimea tahun 2014, Ukraina menjalin kontak International Atomic Energy Agency (IAEA) guna menjaga keamanan reaktor nuklir.

Beberapa negara berlomba membangun reaktor nuklir. Perancis, Amerika Serikat, India, dan Tiongkok, melahirkan gelombang baru instalasi reaktor nuklir. Akibatnya, investasi sektor reaktor nuklir naik dari 45 miliar dollar AS tahun 2022 menjadi 46 miliar dollar AS tahun 2023 ke 52 konstruksi 52 reaktor baru pada 19 negara (Gross et al, 2022).

Selama ini, kita sudah saksikan, nuklir menyimpan ‘lethal waste’ (limbah mematikan) entah di masa damai dan perang. Itu pelajaran dari bencana nuklir Chernobyl (1986) dan Fukushima (2011).

Karena itu, Anna Gross dan Sarah White (2022) menulis, Jerman hendak tutup-buku reaktor nuklir tahun 2022 dan Belgia tutup-buku fasilitas nuklir tahun 2025. Kita perlu renungkan pesan Robert S McNamara (2003), “In the end, we lucked out. It was luck that prevented nuclear war." Akhirnya, kita beruntung, terhindar dari perang nuklir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com