Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Diprediksi Luncurkan Rudal Monster Hwasong-17 pada April 2022

Kompas.com - 14/03/2022, 19:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara menggunakan dalih satelit untuk menguji bagian-bagian dari apa yang disebut rudal monster, kata para analis kepada kantor berita AFP.

Pyongyang mencatatkan rekor sembilan tes senjata sepanjang tahun ini, dalam apa yang dilihat para pakar sebagai upaya mengerjakan daftar senjata strategis yang ditetapkan oleh pemimpin tertinggi Kim Jong Un.

Salah satu prioritas utama adalah rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dapat membawa banyak hulu ledak yaitu Hwasong-17, yang dijuluki "rudal monster" dan kali pertama diluncurkan pada parade militer Oktober 2020.

Baca juga: Korut Sombongkan Diri, Sebut Bisa Guncang Dunia dan Hantam AS dengan Nuklir

Dalam foto tak bertanggal yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpinnya Kim Jong Un, tengah, memeriksa area yang direncanakan untuk pertanian rumah kaca sayuran di daerah Ryonpho di daerah Hamju, provinsi Hamgyong Selatan, timur laut Pyongyang, Korea Utara.KCNA via KNS/AP Dalam foto tak bertanggal yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpinnya Kim Jong Un, tengah, memeriksa area yang direncanakan untuk pertanian rumah kaca sayuran di daerah Ryonpho di daerah Hamju, provinsi Hamgyong Selatan, timur laut Pyongyang, Korea Utara.
Hwasong-17 belum pernah diuji-tembak, tetapi Amerika Serikat pada Kamis (10/3/2022) mengatakan, Pyongyang baru-baru ini menguji bagian-bagiannya yang disamarkan sebagai satelit.

Korea Utara menerapkan moratorium sendiri untuk pengujian senjata nuklir jarak jauh, tetapi dengan pembicaraan yang terhenti dan sanksi yang masih berlaku, tampaknya itu hampir berakhir.

"Saya pikir moratorium sudah berakhir. Kita harus bersiap melihat kembalinya pengujian ICBM," kata analis keamanan yang berbasis di AS, Ankit Panda.

Pengujian komponen "satelit pengintai" yang diklaim pada 27 Februari dan 5 Maret kemungkinan adalah Hwasong-17, mungkin teknologi untuk membawa dan mengirimkan banyak hulu ledak, katanya.

"Korea Utara belum pernah menunjukkan kemampuan terbaru sebelumnya, bahkan walau telah menguji ICBM yang mampu menjangkau Amerika Serikat tiga kali," lanjutnya.

Siklus eskalasi

Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengepalkan tangannya ketika menyampaikan pidato kemenangan di Seoul, Kamis (10/03/2022) pagi.AFP/GETTY IMAGES/JUNG YEON JE Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengepalkan tangannya ketika menyampaikan pidato kemenangan di Seoul, Kamis (10/03/2022) pagi.
Tekad baru Korea Utara untuk menguji ICBM datang pada saat yang sulit di kawasan itu, terlebih presiden baru Korea Selatan Yoon Suk Yeol bergaya konservatif.

Yoon Suk Yeol--yang menyebut Kim Jong Un "anak nakal" dan akan mengajarinya berperilaku--tampaknya akan lebih keras dengan Korea Utara setelah lima tahun kepemimpinan presiden Moon Jae-in yang liberal.

Namun, pendekatan ini kemungkinan akan mengarah pada siklus eskalasi yang akan meningkatkan ketegangan, menurut Yang Moo-jin profesor di Universitas Studi Korea Utara kepada AFP.

Baca juga: Yoon Suk Yeol, Presiden Baru Korea Selatan Berjuluk Trump Versi Korsel

Peluncuran rudal dari Korea Utara akan mendapat sanksi baru. "Pyongyang kemungkinan akan merespons dengan menguji coba lebih banyak senjata," ujarnya.

Korea Utara menghentikan uji cobanya untuk memberikan ruang bagi diplomasi dan menghindari sanksi lebih lanjut, tetapi selalu terus berupaya mendiversifikasi misilnya, terang Leif-Eric Easley profesor di Universitas Ewha di Seoul.

Akhirnya, "untuk memastikan akurasi dan kemampuan masuk kembali, senjata semacam itu perlu diuji," imbuh Easley.

Menyamarkannya sebagai uji satelit dapat membantu mereka untuk mengulur waktu mengembangkan apa yang mereka butuhkan untuk meluncurkan ICBM, kata Ahn Chan-il pengamat Korea Utara, kepada AFP.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com