Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kembali Strategi Nol Covid Saat China Catat Infeksi Terburuk dalam 2 Tahun Pandemi

Kompas.com - 14/03/2022, 20:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - China, negara tempat virus corona dilaporkan pertama kali terdeteksi pada 2019, adalah salah satu peminat terakhir yang masih menggunakan strategi nol Covid dalam penanganan pandemi.

Tetapi setelah dua tahun perbatasan hampir tertutup, pengujian massal, penguncian dan karantina yang ditargetkan, strategi ini mendapat ujian keras yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan kasus melonjak di seluruh negeri.

Dengan jutaan orang saat ini kembali berada di bawah lockdown, dapatkah pendekatan China bertahan melawan varian Omicron?

Baca juga: Kasus Covid-19 China Melonjak Tiga Kali Lipat dalam Dua Hari, 17,5 Juta Orang Lockdown Lagi

Apa itu strategi nol Covid?

China pada dasarnya menutup diri dari dunia pada Maret 2020, untuk mengikuti formula yang disebutnya "nol dinamis" demi mengekang wabah. Ini dilakukan dengan penguncian ketat dan pengujian massal segera.

Tidak seperti selama penguncian yang lebih lunak di tempat lain, orang-orang di China dapat dilarang meninggalkan gedung mereka, atau dipaksa tetap berada di dalam kamar hotel, jika mereka dianggap sebagai kontak berisiko tinggi.

Dengan aplikasi pelacak wajib, berarti kontak dekat biasanya terdeteksi dan dikarantina dengan cepat.

Toko-toko, sekolah, lokasi wisata, blok perkantoran dan mal telah dengan cepat dikunci dengan orang-orang di dalam, walau hanya satu kontak dekat terdeteksi.

Seorang sukarelawan mendisinfeksi daerah itu saat salju turun selama penguncian COVID-19 di Changchun di provinsi Jilin, Tiongkok timur laut, Sabtu, 12 Maret 2022. CHINATOPIX via AP Seorang sukarelawan mendisinfeksi daerah itu saat salju turun selama penguncian COVID-19 di Changchun di provinsi Jilin, Tiongkok timur laut, Sabtu, 12 Maret 2022.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Rusia Terus Naik, Terakhir Bertambah 44.989

Pejabat secara rutin diberhentikan atau dihukum di media pemerintah karena wabah di wilayah mereka. Strategi nol Covid menempatkan tanggung jawab pada otoritas lokal untuk bergerak cepat dan keras pada kelompok mana pun.

Warga terpaksa tinggal di rumah pada saat itu juga, termasuk 17 juta orang Shenzhen yang berada dalam perintah lockdown pada Minggu (13/3/2022).

Volume penerbangan internasional juga anjlok, dengan kedatangan terbatas menjalani karantina ketat selama berminggu-minggu.

Pemerintah telah mengatakan tidak akan memperbarui paspor China yang kedaluwarsa, kecuali pemegangnya memiliki alasan yang baik untuk bepergian - memotong permintaan keluar untuk perjalanan.

Baca juga: China Alami Wabah Covid-19 Terburuk dalam 2 Tahun, Naik 3.393 Kasus Sehari

Mengapa China bertahan?

Beban kasus China sejak awal pandemi - lebih dari 115.000 - adalah jumlah kecil dari yang tercatat di tempat lain. Jumlah kematian resmi tetap di bawah 5.000.

Meskipun kasus-kasus dari wabah awal yang kacau di Wuhan pada awal 2020 secara luas diyakini tidak dilaporkan, kehidupan sejak itu sebagian besar telah kembali normal.

Kepemimpinan komunis Beijing telah menjadikan penanganan pandemi sebagai modal politik, dengan mengatakan tingkat kematian yang rendah menunjukkan kekuatan model pemerintahannya. Beijing telah menyoroti tanggapan Covid yang kacau di AS, sebagai contoh kegagalan demokrasi liberal yang lebih luas.

AFP mewartakan bahwa analis memperingatkan setiap perubahan dalam strategi, artinya China juga perlu mengubah persepsi tentang virus di antara warga negaranya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com