BRUSSELS, KOMPAS.com - Sejarah Uni Eropa dimulai ketika berdiri pada 1957 dengan enam negara pendiri, yaitu Jerman, Perancis, Italia, Belanda, Belgia, dan Luksemburg.
Selanjutnya, Uni Eropa melakukan berbagai ekspansi untuk menambah anggota, tetapi proses untuk menjadi bagian blok itu panjang dan tidak mudah.
Terbaru, Ukraina memohon diizinkan bergabung dengan Uni Eropa saat invasi Rusia terjadi.
Baca juga: Zelensky Resmi Daftarkan Ukraina ke Uni Eropa
Dikutip dari AFP pada Selasa (1/3/2022), berikut adalah sejarah Uni Eropa dan kenapa Ukraina belum menjadi anggotanya.
Uni Eropa dimulai dengan enam negara pada 1957, kemudian berkembang beberapa kali. Penambahan anggota yang paling sensitif secara geopolitik terjadi sejak 1995.
Tahun itu Austria, Swedia, dan Finlandia bergabung, membuat Uni Eropa berbatasan dengan Rusia untuk kali pertama.
Kemudian dalam ekspansi 2004 yang bersejarah, Uni Eropa merangkul delapan negara bekas komunis termasuk Polandia, negara-negara Baltik, Hongaria, Slovakia, Slovenia, dan Republik Ceko, serta pulau-pulau Mediterania di Siprus dan Malta.
Pada 2007, para mantan pendukung Blok Timur yaitu Bulgaria dan Romania juga bergabung, diikuti oleh Kroasia pada 2013.
Uni Eropa sekarang memiliki 27 anggota.
Baca juga: Sejarah Hubungan Ukraina dengan NATO
Sebanyak empat negara Balkan barat menjadi kandidat anggota resmi, tetapi masih berada di ruang tunggu selama beberapa tahun.
Makedonia Utara sudah menunggu sejak 2005, Montenegro dari 2010, Serbia mulai 2012, dan Albania pada 2014.
"Kami adalah satu keluarga Eropa... dan saya sangat yakin kami memiliki nasib yang sama," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada mereka pada Oktober 2021.
Turki, kandidat anggota Uni Eropa sejak 1999, mengajukan untuk bergabung pada 2005.
Namun, hubungannya dengan Uni Eropa merosot pada 2013 dan tidak pernah pulih dari tindakan keras Presiden Recep Tayyip Erdogan terhadap lawan-lawannya setelah kudeta yang gagal pada 2016.
Pada 2019, para Pemerintah Uni Eropa menyatakan pembicaraan itu mati.
Brussels meluncurkan Kemitraan Timur dengan sejumlah republik bekas Soviet pada 2009 termasuk Armenia, Azerbaijan, Belarus, Georgia, Moldova, dan Ukraina.
Uni Eropa mengulurkan hubungan ekonomi dan politik yang lebih dekat dengan imbalan reformasi.
Beberapa negara tersebut, terutama Ukraina dan Georgia, menganggap perjanjian itu sebagai batu loncatan untuk keanggotaan penuh, tetapi tidak ada jaminan yang ditawarkan oleh para pemimpin Uni Eropa.
Belarus yang otoriter menangguhkan partisipasinya tahun lalu.
Baca juga: Alasan Kenapa Ukraina Membenci Rusia dan Uni Soviet
Namun, keanggotaan Uni Eropa adalah proses yang panjang dan rumit, dan negosiasi biasanya memakan waktu beberapa tahun.
Meskipun hanya butuh empat tahun untuk mengakui Finlandia, tiga republik bekas Uni Soviet di Baltik melalui sembilan tahun pembicaraan dan reformasi.
Syarat pertama untuk menjadi anggota Uni Eropa adalah diakui sebagai negara kandidat. Kemudian, negosiasi panjang dimulai. Negara calon anggota harus membuktikan memenuhi standar demokrasi, ekonomi dan politik Uni Eropa.
Institusi stabil yang menjamin demokrasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia dan minoritas, serta ekonomi pasar yang layak adalah syarat wajib menjadi negara anggota Uni Eropa.
Zelensky lalu meminta prosedur khusus baru untuk mempercepat keanggotaan Ukraina di Eropa. "Saya yakin itu adil. Saya yakin itu mungkin," katanya.
Baca juga: Kenapa Rusia Tidak Masuk NATO? Ini 5 Alasannya
Baca juga: Apa Itu NATO dan Daftar Negara Anggotanya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.