Chun Doo-hwan sendiri tidak pernah meminta maaf selama hidupnya atas kekejamannya, dan berkutat dengan berbagai persidangan di tahun-tahun terakhir hidupnya.
Pemerintahannya ditandai dengan meluasnya penyiksaan terhadap para pembangkang dan pengekangan kebebasan berekspresi.
Sekitar 200 orang tewas atau hilang selama pemberontakan di Gwangju, menurut angka resmi, tetapi para aktivis menyebut jumlah korban mungkin tiga kali lebih banyak.
Baca juga: Akhir Hidup Adolf Hitler, Diktator Jerman Era Perang Dunia II
Chun Doo-hwan dihukum karena pengkhianatan dan dijatuhi hukuman mati pada 1996, tetapi hukumannya diringankan setelah banding dan dibebaskan usai mendapat ampunan presiden.
Lee Jae-myung, capres dari Partai Demokrat yang berkuasa untuk pilpres Korea Selatan tahun depan mengatakan, Lee Soon-ja istri Chun Doo-hwan menghina rakyat Gwangju dengan tidak secara khusus menyebutkan pemberontakan dan korbannya dalam permintaan maaf.
Namun, Min Jeong-ki yang merupakan ajudan lama Chun Doo-hwan mengatakan kepada media lokal, permintaan maaf Lee Soon-ja tidak mencakup pemberontakan karena terjadi sebelum Chun resmi menjabat sebagai presiden.
Baca juga: Akhir Hidup Benito Mussolini, Diktator Italia Era Perang Dunia II
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.