Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kriris Iklim Rupanya Tak Surutkan Dahaga Batu Bara

Kompas.com - 07/11/2021, 12:48 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

GLASGOW, KOMPAS.com - Sebanyak 23 negara sepakat mengurangi konsumsi batu bara jelang berakhirnya KTT Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, pekan lalu. Di antara mereka antara lain Indonesia, Polandia, dan Vietnam.

Komitmen tersebut merupakan hasil dari strategi negosiasi COP26, yang sejak awal menghindari perjanjian kolosal, dan sebaliknya menciptakan kesepakatan-kesepakatan kecil antarnegara untuk mencapai sasaran iklim.

"Hari ini kita bisa mengatakan bahwa akhir energi batu bara sudah mulai terlihat," kata Presiden COP26, Alok Sharma, seusai ratifikasi di Glasgow, Kamis (4/11/2021). "Saya rasa Anda bisa mengatakan dengan yakin bahwa batu bara bukan lagi raja," imbuhnya.

Baca juga: ADB Bantu Indonesia dan Filipina Pensiunkan 50 Persen PLTU Batu Bara

Dalam perspektif masa depannya itu, Sharma tidak melibatkan negara-negara yang selama ini paling banyak mengkonsumsi batu bara. Mereka menolak menandatangani kesepakatan tersebut, karena dinilai mengancam sejumlah industri kunci.

Pada 2020, China tercatat mengonsumsi 54,3 persen batu bara di dunia. Adapun India berada di urutan kedua dengan 11,6 persen. Sementara Amerika Serikat yang juga menolak ratifikasi, menyerap sebesar 6,1 persen kapasitas batu bara dunia.

Batu bara berdaya rusak tinggi karena menciptakan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar, dan sebabnya dianggap mengancam sasaran iklim global. Perjanjian di Glasgow mengikat negara peserta untuk mengakhiri konsumsi batu bara untuk produksi listrik pada dekade 2030-an. Mereka juga berkomitmen menghentikan investasi batu bara di dalam dan luar negeri.

Baca juga: COP26 Glasgow: 190 Negara dan Organisasi Berjanji Enyahkan Batu Bara

Implementasi bergantung pembiayaan

Meski gagal melibatkan China, India dan AS, kesepakatan tersebut tetap disambut positif oleh pengamat dan pegiat iklim. Antony Froggatt dari wadah pemikir Chatham House di London, Inggris, mengatakan sejumlah hal "yang absen" dalam kesepakatan tersebut sama "mencoloknya seperti apa yang baru."

"Kesepakatan ini menggarisbawahi betapa besarnya ketimpangan dalam transisi menuju energi bersih di seluruh dunia," kata dia kepada Reuters.

Komitmen itu sendiri tidak mengikat. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, juga sudah mengumumkan tidak akan mampu mencapai sasaran tanpa bantuan keuangan dari negara lain.

Baca juga: 3.000 PLTU Batu Bara di Seluruh Dunia Harus Dimatikan Sebelum 2030

"Kita membutuhkan biaya untuk memensiunkan batu bara dan membangun kapasitas baru untuk energi terbarukan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Rabu (3/11/2021).

KTT Iklim di Glasgow sejauh ini sudah menyepakati dana untuk membiayai penutupan pembangkit batu bara senilai 20 miliar dollar AS, klaim tuan rumah Inggris. London berharap COP26 akan mampu menghasilkan komitmen yang lebih nyata untuk membatasi kenaikan suhu global sebatas rata-rata 1,5 derajat Celsius sejak awal zaman industrialisasi.

Untuk mencapainya, semua negara di dunia harus mampu mencapai status nol karbon pada 2050.

Jumlah emisi per gram untuk setiap kilowattjam energi yang diproduksi berdasarkan jenis sumbernya.DW INDONESIA Jumlah emisi per gram untuk setiap kilowattjam energi yang diproduksi berdasarkan jenis sumbernya.

Baca juga: Penghasil Batu Bara Terbesar Diterjang Banjir Bandang, Krisis Energi China Bisa Makin Buruk

Miskin demi batu bara

Hingga hari terakhir, COP26 sudah berhasil menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri konsumsi batu bara, deforestasi atau emisi gas metana. Tapi belum jelas bagaimana komitmen sukarela itu akan diimplementasikan oleh masing-masing negara.

Kebutuhan energi yang besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang menuntut kerja sama yang lebih erat dalam energi terbarukan. Sebab itu pula absennya China, India, dan AS melemahkan upaya mereduksi energi batu bara secara global.

Di sela-sela KTT Iklim, pegiat lingkungan memberikan penghargaan "Fosil Hari ini" kepada pemerintah Polandia lantaran mengendurkan komitmennya mengurangi konsumsi batu bara.

Climate Action Network, sebuah organisasi payung bagi lusinan lembaga konservasi di dunia, mengritik Warsawa karena mendeklaraskan diri sebagai negara miskin untuk bisa menunda penghentian energi batu bara hingga 2049.

Sehari sebelumnya giliran AS yang mendapat penghargaan tersebut, lantaran meresmikan paket kebijakan iklim yang ditengarai hanya menguntungkan perusahaan besar, ketimbang petani atau peternak kecil.

Baca juga: Stok Batu Bara Hampir Habis, New Delhi Terancam Krisis Energi Listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com