Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Amerika dan Pearl Harbor

Kompas.com - 08/09/2021, 18:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pemahaman tentang militer kontemporer lahir pada tanggal 7 Desember tahun 1941. Pada tanggal itu, Divisi Udara Angkatan Laut Kerajaan Jepang melaksanakan “surprise military raid” ke Pearl Harbor.

Sebanyak 353 pesawat terbang digunakan meluluh lantakkan Pearl Harbor yang berangkat dari 6 kapal induk yang sudah berlokasi di perairan lautan Pasifik.

Setidaknya ada 2 catatan penting untuk peristiwa ini. Pertama, serangan Jepang ke wilayah teritori Amerika Serikat itu tidak didahului oleh “declaration of war” atau pernyataan perang, sementara kedua negara masih berada dalam koridor hubungan diplomatik.

Berikutnya adalah di tahun 1941 teknologi penerbangan belum sampai pada kemampuan memproduksi pesawat terbang yang dapat atau mampu menempuh perjalanan dari Jepang ke Hawaii.

Di pagi hari itu piket pertahanan udara Hawaii yang sedang bertugas adalah Letnan Kermit A Tyler sebagai “air defence officer”.

Ketika menerima laporan operator radar tentang pesawat terbang yang terdeteksi, ia mengabaikan laporan itu, karena akal sehatnya mengatakan tidak mungkin Jepang menyerang Pearl Harbor.

Respons Letnan Tyler menjadi terkenal, karena saat itu ia mengatakan “Well don’t worry about it”.

Maka demikianlah, tanpa sempat terdengar alarm tanda bahaya, serangan pesawat terbang Jepang menenggelamkan kapal-kapal Amerika dan juga menghancurkan pesawat terbang Amerika di pangkalannya.

Tercatat 8 kapal perang Amerika rusak berat dan 4 lainnya tenggelam. Sebanyak 188 pesawat terbang Amerika rusak berat, lebih dari 2000 orang Amerika terbunuh dan sekitar 1000 lainnya menderita luka-luka.

Tragisnya, serangan mendadak Jepang ke Pearl Harbor dilukiskan dengan kata kata yang bernada puitis oleh George dan Meridith Friedman seperti ini: “As the American Fleet sank, an entire way of thinking about war sank with it”.

Bersamaan dengan tenggelamnya kapal kapal perang Amerika oleh gempuran pesawat terbang Jepang, tenggelam pulalah seluruh cara berpikir orang Amerika tentang perang.

Pearl Harbor memberikan kepada Amerika Serikat sebuah pelajaran yang sangat mahal harganya, bahwa perang ternyata dapat terjadi pada setiap saat dan di mana saja.

Craig Nelson dalam bukunya Pearl Harbor, from Infamy to Greatness, menguraikan tentang betapa orang Amerika sama sekali tidak menyangka Jepang akan melakukan serangan terhadap negara mereka.

Amerika sejauh itu merasakan betapa orang Jepang sangat bersahabat dengan mereka. Demikian pula tentang betapa tidak siapnya Amerika menghadapi perang dengan Jepang.

Dilukiskan betapa serangan sorti pertama dan kedua yang dilakukan Jepang telah dikira sebagai sebuah adegan dari latihan. Baru pada serangan sorti berikutnya menyadarkan mereka bahwa Pearl Harbor tengah diserang musuh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com