Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump: Virus Corona Lebih Buruk dari Tragedi Pearl Harbor, 9/11

Kompas.com - 07/05/2020, 15:35 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden ASDonald Trump menyatakan, wabah virus corona dia anggap lebih buruk dari tragedi Pearl Harbor, atau serangan 11 September 2001 (9/11).

Tak hanya menyebut lebih buruk, sang presiden juga kembali menyerang China, di mana dia menyebut seharusnya mereka bisa bertindak lebih cepat menghentikan pandemi.

Trump terus mengkritik China dalam beberapa pekan terakhir, di tengah terus meningkatnya kasus maupun korban meninggal karena virus corona di AS.

Baca juga: Trump Sebut Keputusan Bush soal Perang Irak adalah yang Terburuk dalam Sejarah Amerika

Sementara di sisi lain, preisden yang berasal dari Partai Republik itu begitu gencar untuk membuka kembali perekonomian negara.

Sementara sejumlah negara di Asia dan Eropa mulai melonggarkan lockdown, pakar kesehatan menekankan agar mereka mempertahankan pembatasan sosial hingga vaksin ditemukan.

Secara keseluruhan, wabah Covid-19 itu sudah menjangkiti 3,7 juta dan membunuh lebih dari 260.000 orang di seluruh dunia, dengan seperempatnya tercatat di AS.

"Tidak seharusnya (wabah) ini terjadi," kata sang presiden mengomentari penyakit yang mulai terdeteksi di Wuhan, China, pada akhir Desember 2019.

Dilansir AFP Kamis (7/5/2020), dia menyayangkan patogen dengan nama resmi SARS-Cov-2 seharusnya bisa dihentikan oleh pemerintah China.

"Ini adalah serangan terburuk yang kami hadapi. Lebih buruk dari Pearl Harbor. Lebih buruk dari World Trade Center," keluh Trump.

Dia merujuk kepada serangan pasukan Kekaisaran Jepang ke markas AS di Samudera Pasifik, tepatnya Hawaii, saat Perang Dunia II berkecamuk.

Baca juga: Trump Peringatkan Korban Meninggal Covid-19 di AS Bisa Capai 100.000 Orang

Kemudian pada 11 September 2001, serangan yang didalangi oleh Al Qaeda menabrak bangunan World Trade Center, membunuh 3.000 orang, dan dikenal sebagai 9/11.

Sejauh ini, AS sudah mencatatkan 73.000 orang meninggal karena virus corona, dengan jumlah warga yang tertular mencapai 1,2 juta.

Tom Frieden, mantan Direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), memprediksi 100.000 orang akan terbunuh karena wabah pada akhir Mei.

"Hingga kita mendapatkan virus yang efektif, atau sesuatu tak terduga terjadi, musuh ini akan terus bersama kami hingga bertahun-tahun," paparnya.

Wabah ini sudah menghantam layanan kesehatan di sejumlah tempat di AS, termasuk New York City, dengan dampaknya terasa di lokasi khusus, seperti migran yang tak punya dokumen resmi.

Baca juga: Trump Sebut Wabah Covid-19 Terjadi karena Kesalahan Mengerikan China

Kebanyakan dari mereka mengaku takut dideportasi, atau terpaksa berobat dan menghancurkan upaya mereka mendapatkan legalitas menjadi warga AS.

Karena itu, banyak dari mereka yang dilaporkan tertular dan meninggal karena virus. Seperti suami Victoria, nenek asal Meksiko di New York.

"Dia sangat sakit tapi tak mau berobat," kata Victoria mengomentari sang suami, berusia 69 tahun yang punya penyakit ginjal dan diabetes.

Setelah dua pekan tidak bisa berjalan dan kesulitan bernapas, putri mereka mengambil risiko dengan membawanya ke rumah sakit, di mana dia meninggal tiga pekan kemudian.

Baca juga: Bicarakan Virus Corona, Trump Tiba-tiba Semprot Bush. Ada Apa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com