Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 1.000 Orang Terjebak di Bandara Afghanistan Tak Dapat Izin Terbang dari Taliban

Kompas.com - 08/09/2021, 05:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sekitar 1.000 orang, termasuk orang Amerika Serikat (AS), terjebak di Afghanistan selama berhari-hari di bandara Mazar-i-Sharif, utara Afghanistan.

Kepada Reuters, seorang penyelenggara penerbangan charter itu mengatakan mereka menunggu izin Taliban untuk memberangkatkan penerbangan charter tersebut, dan menyalahkan penundaan keberangkatan pesawat itu pada Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) AS .

Baca juga: Cerita Guru Afghanistan Bersumpah Terus Mengajar Meski Tahu Terancam Dibunuh Taliban

Kebingungan ini menjadi masalah terbatu menyusul penarikan militer AS yang selesai dengan kacau, setelah gerilyawan Taliban merebut kekuasaan di Kabul pada 15 Agustus, dan pemerintah Afghanistan yang didukung Barat runtuh.

Kesal dengan penundaan penerbangan, penyelenggara mengatakan Kemenlu AS gagal memberi tahu Taliban tentang persetujuannya untuk keberangkatan penerbangan atau memvalidasi lokasi pendaratan dari bandara internasional di kota utara Afghanistan, Mazar-i-Sharif. 

"Mereka harus bertanggung jawab karena membahayakan nyawa orang-orang ini," kata penyelenggara, yang tidak mau disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini melansir Reuters pada Senin (6/9/2021).

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi rincian pernyataan tersebut.

Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, menentang gagasan bahwa orang Amerika di sana dalam bahaya. Pemerintah AS kata dia "belum mengonfirmasi ada orang Amerika di Mazar-i-Sharif yang mencoba pergi dari bandara."

Baca juga: Demo Afghanistan di Kabul, Taliban Lepas Tembakan untuk Bubarkan Massa

Ditanya tentang penerbangan charter itu, juru bicara Kemenlu AS tidak membahas tuduhan spesifik. Tetapi dia menekankan, AS tidak memiliki personel di lapangan, sehingga tidak memiliki sarana yang dapat diandalkan untuk mengonfirmasi rincian dasar penerbangan charter tersebut.

Itu termasuk memverifikasi jumlah warga AS dan lainnya di atas pesawat, keakuratan sisa manifes atau "di mana mereka berencana untuk mendarat, di antara banyak masalah lainnya."

Juru bicara itu menambahkan, "Kami akan memegang janji Taliban untuk membiarkan orang bebas meninggalkan Afghanistan."

Sebelumnya pada Minggu (5/9/3032), politisi senior dari Partai Republikan dalam Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Mike McCaul, mengatakan kepada Fox News Sunday bahwa enam pesawat terjebak di bandara Mazar-i-Sharif.

Penerjemah Amerika dan Afghanistan kata dia, berada dalam pesawat-pesawat tersebut, namun pesawat tidak dapat lepas landas karena belum menerima izin Taliban.

Dia mengatakan Taliban menyandera penumpang untuk tuntutan, tetapi banyak sumber yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim, membantah laporan itu.

Baca juga: Taliban Tuding Pemimpin Perlawanan Afghanistan Ahmad Massoud Kabur ke Turki

Perwakilan AS dari Partai Republik lainnya, Mike Waltz, meminta Kemenlu AS bekerja dengan kelompok-kelompok non-pemerintah yang katanya mencoba membersihkan penerbangan sewaan untuk mengevakuasi orang Amerika dan Afghanistan yang berisiko.

Ada penerbangan charter yang dimanifestasikan "tersedia, didanai, dan siap menerbangkan" orang-orang, kata Waltz kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah surat, mengutip pernyataan beberapa LSM.

Invasi AS selama dua dekade di Afghanistan memuncak dalam pengangkutan udara yang terorganisir dengan tergesa-gesa, yang meninggalkan ribuan warga Afghanistan yang bersekutu dengan AS. Washington menyelesaikan penarikan pada 31 Agustus.

Baca juga: Taliban Tuding Pemimpin Perlawanan Afghanistan Ahmad Massoud Kabur ke Turki

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com