KABUL, KOMPAS.com - Sekelompok pemimpin veteran Afghanistan, termasuk dua komandan regional, berencana mengadakan pertemuan dengan Taliban untuk membentuk front pemerintahan berikutnya.
Khalid Noor, putra Atta Mohammad Noor, gubernur yang pernah berkuasa di provinsi Balkh Afghanistan utara, mengatakan kelompok veteran itu terdiri dari pemimpin etnis Uzbekistan Abdul Rashid Dostum dan lainnya yang menentang pengambilalihan Taliban.
Baca juga: Mantan Tentara Inggris Ini Buat Rute Pelarian bagi Dia dan 400 Orang di Wilayah Taliban
"Kami lebih suka bernegosiasi secara kolektif, karena masalah Afghanistan tidak akan terselesaikan hanya dari satu pihak," ujar Khalid Noor (27 tahun) seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Minggu (29/8/2021).
"Jadi, penting untuk melibatkan komunitas politik dalam negara termasuk khususnya para pemimpin tradisional yang berkuasa dengan dukungan publik," jelasnya.
Atta Noor dan Dostum adalah pemimpin veteran yang mengikuti 40 tahun konflik di Afghanistan, keduanya melarikan diri dari negara itu keetika kota utara Mazar-i-Sharif jatuh ke tangan Taliban tanpa perlawanan.
Pemerintah dan militer yang didukung AS kocar-kacir melarikan diri ke tempat lain ketika Taliban menyerbu Kabul pada 15 Agustus.
Baca juga: Mantan Dubes AS untuk Afghanistan: Naiknya Taliban Buat Wanita Panik
Sebagian besar analis mengatakan bahwa akan menjadi tantangan bagi etnis mana pun untuk memerintah Afghanistan dalam waktu lama tanpa konsensus dari berbagai etnis negara.
Taliban akan menghadapi tantangan tidak seperti periode kekuasaan sebelum digulingkan pada 2001.
"Taliban pada saat ini sangat arogan karena mereka baru saja menang secara militer," kata Khalid Noor.
"Namun, apa yang kami asumsikan bahwa mereka tahu risiko memerintah seperti yang mereka lakukan sebelumnya," lanjutnya, merujuk pada rezim Taliban terdahulu yang mengecualikan kelompok etnis minoritas.
Meskipun ada komitmen untuk negosiasi, Noor mengatakan ada "risiko besar" pembicaraan bisa gagal, membuat kelompok itu sudah bersiap untuk perlawanan bersenjata melawan Taliban.
Baca juga: Trump: AS Harus Ambil Tindakan, Cegah Taliban Kuasai Senjata AS
“Menyerah tidak mungkin bagi kami,” kata Noor, anggota termuda dari tim mantan pemerintah Afghanistan yang mengadakan pembicaraan dengan Taliban di Qatar.
Ahmad Massoud, pemimpin pos terdepan terakhir perlawanan anti-Taliban Afghanistan, pekan lalu juga mengatakan dia berharap pembicaraan dengan Taliban akan mengarah pada pemerintahan yang inklusif.
Sejauh ini, belum jelas berapa banyak dukungan rakyat sebenarnya terhadap para pimimpin veteran ini, seperti Atta Noor dan Dostum.
Sebab, teradapat tuduhan bahwa Atta Noor secara luas telah melakukan korupsi, sedangkan Dostum melakukan berbagai tindakan penyiksaan dan kebrutalan. Kementerian Luar Negeri AS menyebut Dostum sebagai "panglima perang klasik".