Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Veteran Afghanistan Berencana Temui Taliban untuk Bentuk Front Baru Penentu Pemerintahan Selanjutnya

Kompas.com - 31/08/2021, 17:31 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

KABUL, KOMPAS.com - Sekelompok pemimpin veteran Afghanistan, termasuk dua komandan regional, berencana mengadakan pertemuan dengan Taliban untuk membentuk front pemerintahan berikutnya.

Khalid Noor, putra Atta Mohammad Noor, gubernur yang pernah berkuasa di provinsi Balkh Afghanistan utara, mengatakan kelompok veteran itu terdiri dari pemimpin etnis Uzbekistan Abdul Rashid Dostum dan lainnya yang menentang pengambilalihan Taliban.

Baca juga: Mantan Tentara Inggris Ini Buat Rute Pelarian bagi Dia dan 400 Orang di Wilayah Taliban

"Kami lebih suka bernegosiasi secara kolektif, karena masalah Afghanistan tidak akan terselesaikan hanya dari satu pihak," ujar Khalid Noor (27 tahun) seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Minggu (29/8/2021).

"Jadi, penting untuk melibatkan komunitas politik dalam negara termasuk khususnya para pemimpin tradisional yang berkuasa dengan dukungan publik," jelasnya.

Atta Noor dan Dostum adalah pemimpin veteran yang mengikuti 40 tahun konflik di Afghanistan, keduanya melarikan diri dari negara itu keetika kota utara Mazar-i-Sharif jatuh ke tangan Taliban tanpa perlawanan.

Pemerintah dan militer yang didukung AS kocar-kacir melarikan diri ke tempat lain ketika Taliban menyerbu Kabul pada 15 Agustus.

Baca juga: Mantan Dubes AS untuk Afghanistan: Naiknya Taliban Buat Wanita Panik

Sangat arogan

Sebagian besar analis mengatakan bahwa akan menjadi tantangan bagi etnis mana pun untuk memerintah Afghanistan dalam waktu lama tanpa konsensus dari berbagai etnis negara.

Taliban akan menghadapi tantangan tidak seperti periode kekuasaan sebelum digulingkan pada 2001.

"Taliban pada saat ini sangat arogan karena mereka baru saja menang secara militer," kata Khalid Noor.

"Namun, apa yang kami asumsikan bahwa mereka tahu risiko memerintah seperti yang mereka lakukan sebelumnya," lanjutnya, merujuk pada rezim Taliban terdahulu yang mengecualikan kelompok etnis minoritas.

Meskipun ada komitmen untuk negosiasi, Noor mengatakan ada "risiko besar" pembicaraan bisa gagal, membuat kelompok itu sudah bersiap untuk perlawanan bersenjata melawan Taliban.

Baca juga: Trump: AS Harus Ambil Tindakan, Cegah Taliban Kuasai Senjata AS

“Menyerah tidak mungkin bagi kami,” kata Noor, anggota termuda dari tim mantan pemerintah Afghanistan yang mengadakan pembicaraan dengan Taliban di Qatar.

Ahmad Massoud, pemimpin pos terdepan terakhir perlawanan anti-Taliban Afghanistan, pekan lalu juga mengatakan dia berharap pembicaraan dengan Taliban akan mengarah pada pemerintahan yang inklusif.

Sejauh ini, belum jelas berapa banyak dukungan rakyat sebenarnya terhadap para pimimpin veteran ini, seperti Atta Noor dan Dostum.

Sebab, teradapat tuduhan bahwa Atta Noor secara luas telah melakukan korupsi, sedangkan Dostum melakukan berbagai tindakan penyiksaan dan kebrutalan. Kementerian Luar Negeri AS menyebut Dostum sebagai "panglima perang klasik".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com