Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berhasil Evakuasi, Dua Atlet Afghanistan Tetap Wakili Negaranya di Paralimpiade Tokyo 2020

Kompas.com - 29/08/2021, 11:36 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

TOKYO, KOMPAS.com - Dua atlet Afghanistan tiba di Tokyo dan siap bertanding di Paralimpiade pada Sabtu (28/8/2021), menurut Komite Paralimpiade Internasional (IPC).

Zakia Khudadadi dan Hossain Rasouli dievakuasi dalam "operasi global besar" akhir pekan lalu ke Perancis, dari negara yang dikuasai Taliban .

"Zakia dan Hossain terus mengungkapkan keinginan mutlak mereka untuk datang dan bertanding di Paralimpiade Tokyo 2020," kata ketua panitia, Andrew Parsons, dalam sebuah pernyataan melansir Al Jazeera.

“(Mereka) sekarang berada di Tokyo untuk memenuhi impian mereka, mengirimkan pesan harapan yang kuat kepada banyak orang lain di seluruh dunia,” tambahnya.

Baca juga: Taliban Berkuasa, Afghanistan Batal Ikut Paralimpiade Tokyo

Keduanya tiba di Paralympic Village Tokyo pada Sabtu malam (28/8/2021), setelah menghabiskan seminggu di Paris di pusat pelatihan kementerian olahraga Perancis.

Khudadadi akan bertanding dalam kategori taekwondo K44-49 kg putri pada 2 September. Sementara, Rasouli akan berlari di nomor 400 meter atletik T47 putra pada hari berikutnya.

Pengumuman mengejutkan datang setelah jatuhnya Afghanistan dengan cepat ke Taliban awal bulan ini.

Kondisi itu membuat dua atlet di antara puluhan ribu dari negara itu terperangkap dan tidak dapat meninggalkan negaranya. Pasalnya, tidak ada satupun pesawat komersial yang dapat mengangkut mereka dengan aman.

Pada upacara pembukaan Selasa (24/8/2021), bendera Afghanistan ditampilkan secara simbolis, dibawa oleh seorang sukarelawan.

IPC mengatakan pada Rabu (25/8/2021) awalnya menyebut Khudadadi dan Rasouli meninggalkan Afghanistan dengan selamat, tetapi tidak akan bertanding di pertandingan tersebut, karena fokusnya adalah pada kesejahteraan mereka.

“Kami selalu tahu ada kemungkinan kecil kedua atlet dapat berpartisipasi di Tokyo 2020, itulah sebabnya bendera Afghanistan diarak pada Upacara Pembukaan Selasa,” kata Parsons pada Sabtu (28/8/2021).

“Prioritas nomor satu kami adalah dan akan selalu kesehatan dan kesejahteraan kedua atlet,” tambahnya.

Baca juga: Penuhi Keinginan Almarhumah Istri, Atlet Paralimpiade Ini Tunda Pensiun

Dalam sebuah video yang dipublikasikan AJ Plus, Zakia menyampaikan permohonannya untuk tetap bisa berlaga di Paralimpiade Tokyo 2020. Terutama untuk mewakili suara wanita dari negaranya sebagai atlet Paralimpiade pertama Afghanistan.

“Sebagai representasi dari wanita Afghanistan saya memohon bantuan anda. Intensi saya adalah untuk dapat berpartisipasi di Paralimpiade Tokyo 2020,” ujarnya.

Ia pun meminta semua pemerintah dan organisasi untuk tidak membiarkan hak asasi perempuan Afghanistan dalam Paralimpiade Tokyo 2020 dicabut begitu saja.

“Kami (wanita Afghanistan) dapat mengatasi hambatan yang tidak mudah. Kami menghadapi banyak kesulitan. Jadi kami tidak ingin usaha kami sia-sia.”

Mengetahui bahwa pasangan itu tidak dapat melakukan perjalanan ke Tokyo seperti yang direncanakan, "menghancurkan hati semua yang terlibat dalam Gerakan Paralimpiade dan membuat kedua atlet hancur".

“Pengumuman itu (mundurnya tim Afghanistan) mendorong operasi global besar yang mengarah pada evakuasi aman mereka dari Afghanistan, pemulihan mereka di Perancis, dan sekarang kedatangan mereka dengan selamat di Tokyo,” tambah Parsons.

Baca juga: Kisah Gui Yuna, Wanita Juara Binaraga Berkaki Satu dan Mantan Atlet Paralimpiade

Chelsey Gotell, ketua Dewan Atlet IPC, menyambut mereka dalam sebuah pernyataan yang diberikan oleh IPC.

“Atas nama sesama 4.403 atlet Paralimpiade yang berlaga di Paralympic Games Tokyo 2020. Saya menyambut Zakia dan Hossain ke Paralympic Village. Ini adalah rumah mereka selama sembilan hari ke depan dan sebagai komunitas kami 100 persen di belakang mereka.”

Paralimpiade Tokyo berlangsung di bawah aturan ketat virus corona dan sebagian besar tertutup, setelah tertunda satu tahun karena pandemi.

Di Afghanistan, Taliban menjanjikan pemerintahan yang lebih moderat dibandingkan dengan kekuasaan pertamanya dari 1996 hingga 2001.

Tetapi banyak orang Afghanistan takut akan pengulangan interpretasi brutal mereka terhadap hukum Islam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com