Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rp 80 Juta Lenyap dalam 12 Hari, Belasan Orang Jadi Korban Investasi Bodong di Australia

Kompas.com - 27/08/2021, 20:57 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

BRISBANE, KOMPAS.com - Kate, warga di negara bagian Queensland dengan ibu kota Brisbane, kehilangan lebih dari Rp 80 juta dalam 12 hari, setelah terbujuk tawaran yang menjanjikan komisi bernilai ratusan dollar per hari lewat sebuah aplikasi.

Beberapa korban adalah mereka yang sedang membutuhkan uang karena kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19 atau karena kesulitan lain dan berharap bisa mendapat uang dalam waktu cepat.

Kate (bukan nama sebenarnya) pada awalnya mendapat kabar dari salah seorang anggota keluarganya yang terlibat dalam bisnis investasi lewat sebuah aplikasi.

Baca juga: Awas Tertipu Tawaran Investasi Bodong Lewat Grup Chat, Ini Pesan OJK

Kate pada awalnya tidak begitu percaya dengan tawaran tersebut namun anggota keluarga tersebut menunjukkan bukti uang yang didapatnya setiap hari dari investasi tersebut.

"Jadi ketika ada yang memberi informasi seperti itu, saya kemudian berpikiran 'oh mungkin benar juga. Tidak ada salahnya untuk mencoba," katanya.

Aplikasi investasi itu bernama Hope Business yang meminta orang menanamkan uang, kemudian mendapatkan komisi dari uang yang diinvestasikan. Aplikasi ini sekarang sudah tidak ada lagi di Australia.

Kate mengatakan aplikasi itu memberikan hadiah uang kalau kita bermain games di sana..

Model penipuan muncul ketika aplikasi tersebut mengumumkan promosi akan memberikan hadiah bagi siapa saja yang menambah dana dalam jumlah besar ke dalam aplikasi dalam 12 hari.

Salah seorang anggota keluarga Kate mengatakan bahwa dia mendapatkan beberapa juta rupiah komisi setiap harinya.

"Jadi dia menambah dana 8.000 dollar (sekitar Rp 80 juta) dan saya bertanya 'berapa komisi yang kamu dapatkan?" kata Kate.

"Dia mengatakan sekitar seribu dolar (sekitar Rp 10 juta). Saya bertanya lagi apa benar? Dia bilang ya. Saya kemudian berpikiran saya harus cepat menambah uang sebelum masa promosi 12 hari berakhir."

Baca juga: Waspada Investasi Bodong Aset Kripto, Ini Modusnya

Polisi mengatakan app Hope Business adalah model penipuan klasik di mana pengguna harus mencari tambahan orang sebagai bawahan.ABC NEWS via ABC INDONESIA Polisi mengatakan app Hope Business adalah model penipuan klasik di mana pengguna harus mencari tambahan orang sebagai bawahan.
Kate kemudian mengirim 7.500 dollar dan mulai bermain games di aplikasi tersebut.

"Saya memang mendapat komisi sekitar 900 sampai 1.000 dollar Australia tiap hari," katanya.

Jumlah uangnya di aplikasi tersebut memang meningkat setiap hari, tapi Kate tidak bisa menarik uangnya sampai masa promosi 12 hari berakhir.

Dan ketika hari ke-12 itu tiba, Kate tidak bisa menarik uangnya karena semua hilang.

"Mereka semua menghilang, sama dengan uang yang saya kirimkan," katanya.

"Semuanya hilang. Mereka menutup aplikasinya dan menghilang begitu saja."

Bentuk penipuan yang klasik

Kate adalah satu dari belasan korban di negara bagian Queensland yang mengalami kerugian sekitar 466.000 dollar Australia (sekitar Rp 4,6 miliar) karena aplikasi tersebut dalam beberapa pekan terakhir.

Menurut polisi, kecil kemungkinan uang mereka akan bisa kembali lagi.

"Saya juga mengundang beberapa anggota keluarga saya lainnya, jadi sekurangnya ada enam atau tujuh orang yang saya tahu, juga kehilangan uang mereka," tambah Kate.

App Hope Business meminta pengguna mengirimkan uang dengan imbalan komisi.ABC NEWS/GEORGE ROBERTS via ABC INDONESIA App Hope Business meminta pengguna mengirimkan uang dengan imbalan komisi.
Sersan Detektif Karen McAteer dari Bidang Kejahatan Dunia Maya dan Keuangan di Kepolisian Queensland mengatakan aplikasi investasi seperti 'Hope Business' adalah metode penipuan klasik dengan model piramida.

"Caranya adalah kita harus mencari orang baru sebagai bawahan," katanya.

"Jadi kita tidak saja menanamkan uang kita, namun kita juga harus mencari orang baru, dengan semakin banyak bawahan kita, semakin banyak komisi yang kita dapatkan."

Sersan McAteer mengatakan bentuk penipuan dengan aplikasi merupakan versi diperbaharui model penipuan di masa lalu, yaitu penyebaran surat berantai.

"Jadi orang-orang yang bergabung di awal akan mendapat uang mereka, sehingga timbul kepercayaan untuk menyebarkan informasi ke teman dan anggota keluarga mereka," katanya.

Baca juga: Investasi Bodong Lucky Star: Otak Pelaku Tak Paham Keuangan, Raup Rp 15,6 M, Habis untuk Liburan

Dia mengatakan masa pandemi menjadi kesempatan bagi para penipu untuk mencari korban di kalangan yang sangat membutuhkan uang dalam waktu cepat.

"Sasaran mereka memang kelompok masyarakat yang paling rentan," katanya.

"Jadi kalau Anda sedang kesulitan, Anda cenderung untuk mencari sesuatu yang bisa mendatangkan uang segera dan model penipuan seperti itu terlihat menarik."

Kelompok kriminal berasal dari luar Australia

Sersan McAteer mengatakan aplikasi ini dijalankan oleh kelompok kriminal yang berada di luar Australia, sehingga susah untuk melacak guna mendapatkan kembali uang yang sudah hilang.

"Uang itu menghilang dengan cepat, dan kami tidak memiliki banyak harapan untuk bisa mendapatkan kembali uang tersebut," katanya.

Dia memperingatkan agar semua warga memasang kecurigaan terlebih dahulu bila ada yang meminta uang dan mengatakan bahwa hal tersebut bukan penipuan.

"Bahkan bila [permintaan] itu berasal dari teman-teman yang anda percayai, pikir lagi dan cari informasi tambahan dari pihak lain dulu," katanya.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

Baca juga: Ini Modus atau Ciri Investasi Bodong Versi Satgas Waspada Investasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com