Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Top Secret, di Balik Jatuhnya Afghanistan ke Tangan Taliban

Kompas.com - 21/08/2021, 14:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada setiap pergantian kekuasaan akan selalu saja menarik perhatian internasional yang berkait dengan akan berubahnya kebijakan luar negeri dari negara yang bersangkutan serta dampaknya terhadap negara tetangga di kawasan.

Pergantian kekuasaan di Afghanistan menjadi lebih menarik perhatian lagi, karena Afghanistan sebagai “landlocked country” posisinya terletak pada persimpangan jalan strategis di Asia Tengah dan Selatan.

Afghanistan berbatasan dengan beberapa negara antara lain Pakistan,Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan dan China. Dengan posisi strategis itu, maka kepentingan negara negara besar seperti Amerika Serikat dan sekutunya, Rusia serta China terhadap Afghanistan menjadi sebuah keniscayaan.

Banyak tinjauan tentang kembalinya Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan yang terfokus pada eksistensi dari kembalinya kelompok terorisme internasional. Sebuah kekhawatiran yang wajar saja, karena Taliban selalu dihubungankan dengan Al Qaeda dan kelompok garis keras lainnya yang berkait dengan berbagai serangan teroris di tataran global.

Demikian pula sudah banyak analisis dan kajian serta diskusi yang mulai membahas tentang apa pengaruhnya situasi Afghanistan terhadap Indonesia ke depan.

Dalam banyak perjanjian internasional , terutama yang sifatnya bilateral maka akan selalu saja ada “top secret agreement” di dalamnya. Keberadaan atau tidak keberadaan adanya top secret agreement inilah yang sangat menyulitkan dalam menebak apa sebenarnya yang terjadi dibalik peristiwa pergantian kekuasaan di sebuah negara.

Banyak yang melihat bahwa ada beberapa kesamaan dalam prosesi jatuhnya Afghanistan dengan apa yang pernah terjadi di Vietnam. Paling tidak prosesi pergantian kekuasaan yang terjadi di Aghanistan dan Vietnam adalah merupakan siklus yang demikian cepat, setelah ditariknya seluruh pasukan Amerika Serikat dari kedua negara itu.

Tinjauan yang sangat menarik disini adalah belum terungkapnya dengan jelas tentang apa sebenarnya yang terjadi sehingga Amerika Serikat, dalam hal ini memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan. Tentu saja yang dimaksud disini adalah diluar dari pernyataan resmi berkait dengan mundurnya Amerika Serikat dari Afghanistan.

Persoalannya adalah tidak diketahui tentang apakah ada top secreet agreement antara Amerika Serikat dengan pihak Taliban sejauh ini. Sekali lagi dalam setiap perjanjian internasional yang bilateral sifatnya, maka “biasanya” ada sebuah perjanjian rahasia yang jarang sekali terungkap dibalik perjanjian kerjasama yang terjalin.

Hal ini biasanya akan terbuka setelah puluhan tahun berlalu. Top secret agreement akan dibuka setelah tidak ada lagi dampak politiknya yang meluas akan terjadi. Perjanjian rahasia akan selalu saja menyangkut persoalan pergantian kekuasaan pada negara-negara yang bersekutu dengan kekuatan super power di tingkat global.

Sekadar contoh sederhana saja, bahwa dalam perjanjian kerja sama antara Amerika Serikat dengan Korea Selatan ternyata ada top secreet agreement seperti yang diungkap oleh Bob Woodward dalam bukunya yang terkenal dan menghebohkan berjudul “FEAR – TRUMP in the WHITE HOUSE”.

Kerja sama tersebut selama ini dikenal sebagai United States – Korea Free Trade Agreement (Korus FTA). Korus, memuat tiga hal kesepakatan yaitu mencakup masalah kerja sama ekonomi, aliansi militer dan yang paling penting adalah “Top Secret intelligence operations and Capabilities”, sebuah perjanjian yang mencakup rahasia operasi intelijen berkait langsung dengan masalah masalah kekuatan operasional kedua negara.

Tentu saja dalam hal ini yang berhubungan erat dengan isu National Security. Buku itu mengungkap, bahkan Presiden Trump tidak menyadari akan adanya top secreet agreement dibalik perjanjian kerjasama Amerika Serikat dengan Korea Selatan, seperti di uraikan oleh Bob Woodward seorang “investigative journalist” piawai berkebangsaan Amerika dalam bukunya.

Demikianlah, maka kita pun tidak akan pernah tahu tentang apa sebenarnya yang terjadi di balik kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan di Afghanistan.

Betapa pun kajian dan FGD akan digelar dengan diskusi yang berbusa busa, sebelum terungkap apa rahasia dibalik kerjasama Amerika Serikat dengan “Afghanistan” selama ini, maka misteri itu menjadi sulit akan dapat terungkap.

Banyak kalangan awam mempertanyakan hal yang sangat menarik, yaitu tentang mengapa Amerika Serikat datang ke Afghanistan dan mengapa pula Amerika Serikat pergi meniggalkan Afghanistan.

Seperti juga mengapa Amerika Serikat datang ke Vietnam dan mengapa kemudian Amerika Serikat pergi meninggalkan Vietnam. Jawabannya hanya akan dapat diperoleh dari rumput yang bergoyang, kata Ebiet G Ade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com