Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Swedia Stefan Lofven Mundur, Kalah Suara dalam Mosi Tidak Percaya

Kompas.com - 28/06/2021, 19:34 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

STOCKHOLM, KOMPAS.com - Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengundurkan diri pada Senin (28/6/2021), satu minggu setelah ia mendapat mosi tidak percaya.

Lofven selanjutnya menyerahkan wewenang kepada ketua parlemen untuk memulai pencarian penggantinya.

Sebelum mundur, Lofven memiliki dua opsi untuk mengadakan pemilihan cepat atau langsung mengundurkan diri setelah parlemen meloloskan mosi tidak percaya pekan lalu.

Baca juga: Parlemen Swedia Loloskan Mosi Tidak Percaya terhadap PM Stefan Lofven

Namun di konferensi pers dia berkata, pemilu cepat bukan yang terbaik untuk Swedia, merujuk pada situasi sulit akibat pandemi Covid-19, ditambah fakta bahwa pemilihan umum berikutnya masih satu tahun lagi.

"Dengan titik awal itu, saya meminta ketua parlemen untuk melengserkan saya sebagai perdana menteri," kata Lofven dikutip dari AFP.

Mantan tukang las berusia 63 tahun itu berselisih dengan Partai Kiri yang menopang pemerintahannya, dan menjadi pemimpin pemerintah Swedia pertama yang dilengserkan oleh mosi tidak percaya.

Partai Kiri Swedia menyerukan mosi tidak percaya pekan lalu, buntut pertikaian atas proposal untuk mengakhiri batas sewa di apartemen yang baru dibangun.

Proposal itu dinilai memungkinkan tuan tanah secara bebas menetapkan tarif sewa untuk apartemen baru, dan dipandang bertentangan dengan model sosial Swedia serta mengancam hak-hak penyewa.

Baca juga: Raja Swedia Akui Negaranya Salah Tidak Lakukan Lockdown

Partai Moderat konservatif dan Demokrat Kristen dengan cepat mendukung mosi tersebut, yang disahkan oleh 181 anggota parlemen di parlemen dengan 349 kursi.

Upaya terakhir untuk melobi Partai Kiri, yang memegang 27 kursi, gagal.

Dalam mengumumkan pengunduran dirinya, Lofven turut mengkritik caranya karena tidak ada suara mayoritas yang menjadi jaminan sebagai penggantinya.

"Mereka mendepak pemerintah tanpa memiliki alternatif untuk membentuk pemerintahan," kecamnya kepada wartawan.

Sekarang bola berada di tangan ketua parlemen Andreas Norlen untuk membuka negosiasi dengan partai-partai guna menentukan perdana menteri baru.

Kabinet Lofven akan tetap mengerjakan tugas-tugas rutin sampai pemerintahan baru terbentuk.

Baca juga: Cara Santai Swedia Tangani Virus Corona yang Diklaim Membuahkan Hasil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com