Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Jong Un Sebut K-Pop sebagai Kanker Ganas yang Menggerogoti Negaranya

Kompas.com - 11/06/2021, 20:36 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

PYONGYANG, KOMPAS.com - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut K-Pop sebagai "kanker ganas" yang menggerogoti negaranya.

Melalui media pemerintah, Kim menyatakan generasi muda negaranya meniru kebudayaan tetangga sekaligus musuh bebuyutannya, Korea Selatan.

Menurut Kim, gaya rambut, gaya berbicara, cara berpakaian, dan perilaku anak muda Korut "teracuni" Korea Selatan.

Baca juga: Kim Jong Un Makin Benci Budaya Asing, Nonton K-Pop Bisa Dihukum Mati

Kim Jong Un menekankan, jika mereka membiarkan kondisi ini berlanjut, Korea Utara bakal hancur seperti "tembok yang lembab".

Setelah memenangkan fans di seluruh dunia, kultur pop Korsel, termasuk K-Pop, memasuki "rintangan terakhir": Korea Utara.

Karena perkembangannya mulai pesat, rezim Kim bertindak dengan mencanangkan perang terhadap kultur budaya "Negeri Ginseng".

Dilansir New York Times Jumat (11/6/2021), rezim Kim menganggap budaya tersebut "anti-sosialis dan non-sosialis".

Bahkan, pekan lalu muncul kabar seorang pria ditembak mati di hadapan umum karena menjual film asal Korsel.

Pengetatan itu terjadi ketika ekonomi Korut begitu terpuruk, baik karena sanksi Barat maupun pandemi virus corona.

Baca juga: Kim Jong Un Larang Rakyatnya Potong Rambut Gaya Mullet dan Pakai Skinny Jeans

Jung Gwang Il, pembelot Korut yang mengelola penyelundupan K-Pop mengungkapkan, rezim Kim harus memasukkan ideologinya ke anak-anak muda.

"Generasi saat ini berpikir tak berutang apa pun kepada Kim Jong Un. Jadi, dia harus mengontrol ideologi jika tak ingin kekuasaan keluarganya runtuh," kata dia.

Propaganda Pyongyang sendiri sejak lama mendeskripsikan Korea Selatan sebagai "neraka yang diisi para pengemis".

Melalui K-drama (drakor dalam istilah Indonesia), warga Korut mengetahui seperti apa realitas negaranya.

Di saat mereka tengah berjuang untuk mendapatkan pasokan makanan, warga Korea Selatan berjuang mengurangi berat badan.

Tak heran, hiburan "Negeri Ginseng" sangat mendapat tempat di hati mereka, meski harus menontonnya secara sembunyi-sembunyi.

Baca juga: Kim Jong Un Larang Jins Ketat karena Khawatir Bakal Mengganggu Rezimnya

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ketika bertepuk tangan saat memberikan pidato dalam parade militer merayakan 75 tahun Partai Buruh di Lapangan Kim Il Sung, Pyongyang, 10 Oktober 2020.AFP/KCNA VIA KNS/STR Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ketika bertepuk tangan saat memberikan pidato dalam parade militer merayakan 75 tahun Partai Buruh di Lapangan Kim Il Sung, Pyongyang, 10 Oktober 2020.

Pada Desember 2020, Pyongyang mengesahkan undang-undang berisi ancaman 15 tahun kerja paksa jika ketahuan menonton drama atau musik negara tetangga.

Bahkan, mereka yang tertangkap menyebarkan atau menyelundupkan barang tersebut bakal dijatuhi hukuman mati.

UU yang baru juga melarang warga Korea Utara "berbicara, menulis, dan bernyanyi ala Korsel" dengan ancaman hukuman dua tahun kerja paksa.

Pada Februari, Kim Jong Un memerintahkan semua pemerintah provinsi dan kota "memberangus kapitalis tanpa ampun".

Kemudian di April, dia memperingatkan "marabahaya kejatuhan ideologi dan mental negara tengah mengintai kita".

Baca juga: Jual Film Ilegal, Pria Korea Utara Ditembak Mati di Hadapan 500 Orang

Kemudian pada Mei, harian Rodong Sinmun menyatakan Korut terancam hancur jika pengaruh tetangga terus berkembang.

"Bagi Kim Jong Un, invasi budaya dari tetangganya tak bisa ditoleransi," jelas Jiro Ishimaru, editor kepala di Asia Press International.

Menurut Ishimaru, Kim takut warganya akan menganggap Korea Selatan sebagai alternatif untuk menggantikan Korut.

Maka, berdasarkan dokumen Korut yang bocor, Pyongyang begitu gencar merazia konten Korsel di gawai warganya.

Razia ketat juga terjadi dalam bahasa. Para perempuan di sana harus memanggil kekasih mereka "kamerad atau kawan".

Baca juga: Kim Jong Un Tampak Lebih Ramping, Kondisi Kesehatannya Kembali Dipertanyakan

Mereka tidak diperbolehkan memanggil oppa atau sayang, panggilan khas Korsel yang dianggap Kim "mesum".

Padahal, pria yang bersekolah dan besar di Eropa tersebut pernah menyambut ramah kebudayaan negara tetangga.

Pada 2012, dia terlihat mengacungkan jempol saat menyaksikan pertunjukkan girl group yang menyanyikan lagu dari film Rocky.

Ishimaru berpandangan, ekonomi negara penganut ideologi Juche itu merosot sejak Kim naik takhta pada 2011 silam.

"Jika warganya kelaparan, otomatis tingkat kejahatan bakal meningkat. Kim harus menegakkan aturan jika tidak ingin terjadi kerusuhan," papar Ishimaru.

Baca juga: Tidak Muncul sejak 6 Mei, Kesehatan Kim Jong Un Kembali Disorot

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com