Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara-negara Arab Lakukan Adaptasi Tradisi Ramadhan Selama Pandemi

Kompas.com - 12/04/2021, 14:53 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber DW

RIYAD, KOMPAS.com - Bulan Ramadhan dimulai pada Senin (12/4/2021) untuk beberapa negara di Amerika dan pada Selasa (13/4/2021) untuk sebagian besar negara lainnya di dunia.

Waktu mulai yang tepat tergantung pada visibilitas bulan sabit baru. Mayoritas negara muslim mengikuti kemunculan bulan baru di Arab Saudi, yang akan terjadi pada Selasa (13/4/2021).

Pada tahun kedua pandemi ini, penyesuaian regulasi untuk perayaan Ramadhan kembali dilakukan sejumlah negara Arab.

Baca juga: Mesir dan Lebanon Umumkan 1 Ramadhan Jatuh pada Selasa, 13 April

Pembatasan ruang

Untuk mengekang jumlah infeksi, sebagian besar negara telah mengurangi jumlah pengunjung masjid hingga 20-30 persen dari kapasitas biasanya.

Penggunaan masker adalah wajib.

Makanan tradisional, yang kerap dijajakan untuk sahur dan buka puasa dan sering dibagikan di tenda-tenda umum Ramadhan, dilarang di seluruh wilayah. Maksudnya untuk lebih menghindari pertemuan di luar masjid.

Aturan itu disadari akan sangat memengaruhi orang-orang yang kekurangan secara ekonomi, yang sering mendapat makan gratis saat berbuka puasa.

Namun, beberapa negara, seperti Uni Emirat Arab (UEA), telah berjanji untuk mengatur pengiriman makanan buka puasa untuk orang-orang miskin.

Konsensus di antara otoritas agama adalah bahwa shalat di rumah merupakan pilihan teraman selama puasa Ramadhan 2021.

Baca juga: [TRIVIA] Ramadhan 2021, Ini Negara-negara dengan Waktu Puasa Tercepat dan Terlama di Dunia

Ibadah streaming?

Beberapa kegiatan ibadah bahkan dimungkinkan secara online.

Sheikh Mohammed Abu Zaid, Ketua Pengadilan Sunni dan Imam Masjid Terbesar di Kota Saida, Lebanon, mengatakan, shalat memiliki dua bagian dalam Islam.

Bagian pertama adalah pengajaran dan dakwah oleh imam sementara orang-orang beriman mendengarkan.

“Bagian itu bisa dilakukan secara online,” ujarnya kepada DW, diwartakan pada Minggu (11/4/2021).

Namun, bagian kedua, ketika umat berdoa berjemaah, "Tidak dapat dilakukan secara online atau dari tempat yang jauh."

Mansour Ali, seorang dosen studi Islam di Universitas Cardiff, mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa mayoritas ulama "menyangkal keabsahan segala bentuk shalat berjemaah virtual."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com