Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Peter Whitford, Musisi Australia yang Cinta Indonesia dan Mengidolai The Rollies

Kompas.com - 11/04/2021, 23:01 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

MELBOURNE, KOMPAS.com - Peter Whitford datang ke Indonesia di tahun 1970-an sebagai drummer dan berharap akan menjadi kaya secara materi dari musik.

Namun setelah tinggal lebih dari dua tahun di Indonesia, ia justru mendapatkan banyak kekayaan jiwa dan pengalaman.

Kecintaannya kepada Indonesia masih ia miliki hingga sekarang.

Baca juga: Cerita WNI di Finlandia: Penganggur Dapat Rp 13 Juta Sebulan, Tidak Ada Copet

Peter yang berusia 71 tahun berjumpa dengan ABC Indonesia secara tidak sengaja.

Di satu hari di bulan Februari lalu, rekan Helena Souisa bersama suaminya sedang berjalan-jalan ke Sorrento, wilayah pantai berjarak sekitar 62 km dari pusat kota Melbourne.

Hellena kemudian didekati oleh Peter karena merasa akrab dengan bahasa yang didengarnya.

Peter Whitford di usia 71 tahun masih aktif mengajar bahasa Indonesia dan juga bermain musik.ABC NEWS/SASTRA WIJAYA via ABC INDONESIA Peter Whitford di usia 71 tahun masih aktif mengajar bahasa Indonesia dan juga bermain musik.
Peter yang masih bisa berbahasa Indonesia kemudian mengobrol dengan Hellena soal pengalamannya tinggal di Lembang, Jakarta dan Bali selama dua tahun, juga pekerjaannya yang pernah menjadi guru bahasa Indonesia di sebuah sekolah menengah negeri di Melbourne.

Baru beberapa pekan kemudian, saya mengunjungi Peter di rumahnya untuk lebih mengenal sosoknya.

Peter ternyata memiliki banyak pengalaman menarik dan menurutnya banyak memberi manfaat bagi kehidupannya.

"Indonesia mendewasakan saya," kata Peter, saat saya berkunjung ke rumahnya di kawasan Glen Iris.

Baca juga: Seperti Apa Kehidupan di Negara Paling Bahagia Sedunia? WNI di Finlandia Bercerita...

Penampilan The Prophecy di Bandung menjadi pemberitaan salah satu media di Indonesia ketika itu.DOK PETER WHITFORD via ABC INDONESIA Penampilan The Prophecy di Bandung menjadi pemberitaan salah satu media di Indonesia ketika itu.
Paspor ditahan saat datang ke Indonesia

Peter mengaku tidak pernah menduga menemukan jalan hidupnya ke Indonesia.

Di tahun 1970, saat berusia 20 tahunan, Peter sedang berada di Singapura bermain musik sebagai penabuh drum.

Saat itu Indonesia baru saja beberapa tahun berada di bawah pemerintahan Orde Baru yang dipimpin presiden Suharto.

Suatu hari, salah seorang pengurus Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong), sebuah organisasi di bawah Partai Politik Golkar, berkenalan dengan beberapa pemain musik yang kebanyakan berasal dari Amerika Serikat yang sedang berada di Singapura, termasuk Peter, yang satu-satunya yang berasal dari Australia.

Kelompok The Rollies dan The Prophecy berfoto bersama. Gito (depan duduk pake topi) dan Peter Whitford (berdiri tiga dari kiri) yang juga dijuluki The Spunky.(Koleksi Pribadi: Peter Whitford)DOK PETER WHITFORD via ABC INDONESIA Kelompok The Rollies dan The Prophecy berfoto bersama. Gito (depan duduk pake topi) dan Peter Whitford (berdiri tiga dari kiri) yang juga dijuluki The Spunky.(Koleksi Pribadi: Peter Whitford)
Orang yang bernama Dewanto kemudian menawarkan kepada Peter dan kawan-kawannya untuk bermain di klub malam LCC di Jakarta saat Indonesia mulai membuka diri.

Akhirnya Peter dan sembilan rekannya yang berasal dari berbagai negara mendirikan sebuah grup band bersama 'The Prophecy', dengan aliran musik rock atau juga dikenal dengan istilah underground.

Namun sebenarnya kedatangan mereka ke Indonesia tidaklah resmi, karena mereka tidak memiliki izin kerja.

Baca juga: WNI di AS Latihan Menembak untuk Hadapi Sentimen Anti-Asia

"Paspor kami juga ditahan dan kami sempat berurusan dengan pihak imigrasi atau polisi ketika harus manggung di kota lain," kata Peter mengenang keberadaan mereka.

Janji untuk bermain di klub malam tersebut tidak menjadi kenyataan karena berbagai sebab, antara lain mereka tidak bisa memberikan jaminan bagi masuknya peralatan musik mereka dari Singapur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com