"Kita akan mengambil situasi ini sebagai referensi untuk Olimpiade Tokyo, karena ada banyak yang bisa dipelajari dan adapsi soal aturan di tengah pandemi Covid-19," ujar Raja Sapta Oktohari dari Komite Olimpiade Indonesia menanggapi insiden di All England.
Salah satu hal yang mungkin perlu mendapat perhatian adalah bagaimana melakukan perjalanan ke satu tempat pertandingan.
Sejak tahun 1990 saya banyak meliput pertandingan bulu tangkis tim bulu tangkis Indonesia di luar negeri.
Walau bulu tangkis adalah olahraga perseorangan, menjadi kebiasaan bagi para pemain untuk melakukan perjalanan bersama dalam satu rombongan besar.
Di masa lalu, hal seperti itu mungkin tidak menjadi masalah. Tapi, di saat yang tidak menentu seperti pandemi Covid-19 saat ini, alternatif lain perlu diperhatikan.
Hal lainnya adalah persiapan dan membawa dokumen selengkap mungkin mengenai riwayat kesehatan, seperti vaksinasi yang bisa dijadikan bukti bahwa mereka sudah menjalani seluruh proses kesehatan yang diperlukan.
Selain itu, karena situasi yang terus berubah, pemain atau pengurus PBSI dan cabang olahraga lainnya sebaiknya juga mempelajari dengan cermat aturan kesehatan yang kerap berubah di negara lain.
Sejumlah petenis dunia saat tiba di Melbourne untuk Australia Open kemarin juga mengaku tidak tahu aturan seluruh penumpang akan dikarantina dua minggu jika ada penumpang positif Covid-19,
Meskipun sudah diberitahu sebelumnya, tapi ternyata mereka mengaku tidak membacanya dengan baik.
Sejumlah petenis dunia saat itu banyak mengeluh, tapi mereka tetap diminta untuk mengikuti aturan soal karantina.
Karena para pemain Indonesia tidak boleh bertanding, termasuk unggulan pertama di ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang difavoritkan untuk merebut gelar, banyak yang merasa kecewa.
Dalam reaksinya beberapa pecinta bulu tangkis di Indonesia bahkan menuduh adanya usaha menjegal Indonesia untuk menjadi juara.
Saat saya meliput turnamen All England setiap tahunnya di Wembley Arena maupun di Birmingham, kehadiran pemain-pemain Indonesia memang selalu dinantikan.
Walau Indonesia tidak lagi dominan seperti di tahun 1970-an atau tahun 1980-an, namun prestasi pemain Indonesia di turnamen ini selalu menjadi salah satu daya tarik utama kejuaraan ini.
Lawan utama mereka bukanlah pemain-pemain Inggris, tapi musuh klasik seperti Denmark, Malaysia, Korea Selatan dan China.
Karenanya Duta Besar Inggris di Indonesia juga mengatakan dalam pernyataanya kemarin (18/03), All England jadi "kurang seru, kurang menghibur, dan kurang kompetitif tanpa Indonesia".
Baca juga: Indonesia Ajukan Opsi Penghentian All England 2021
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.