WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Para Jenderal Myanmar disebut ingin meninggalkan politik setelah kudeta dan berusaha meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat (AS) bukan China.
Hal tersebut disampaikan oleh Ari Ben-Menashe dalam wawancara telepon dengan Reuters pada Sabtu (6/3/2021).
Ari Ben-Menashe adalah seorang pelobi Israel-Kanada yang dipekerjakan oleh junta Myanmar. Mantan pejabat intelijen militer Israel itu, sebelumnya juga mewakili Robert Mugabe dari Zimbabwe dan penguasa militer Sudan.
Menurutnya, perusahaannya Dickens & Madson Canada telah disewa oleh Jenderal Myanmar. Mereka akan membantu komunikasi junta militer dengan AS dan negara lain, yang menurutnya "salah paham" dengan militer Myanmar.
Dia mengatakan Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar sejak 2016, telah tumbuh terlalu dekat dengan China. Kondisi ini tidak disukai para Jenderal Myanmar.
"Ada dorongan nyata untuk bergerak ke Barat dan AS daripada mencoba lebih dekat dengan China," kata Ben-Menashe. "Mereka tidak ingin menjadi boneka China."
Para Jenderal Myanmar, kata dia, juga ingin memulangkan Muslim Rohingya, yang melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.
Baca juga: Jenazah Kyal Sin, Gadis 19 Tahun yang Ditembak Mati, Digali Aparat Myanmar
Ben-Menashe mengklaim telah berbicara dari Korea Selatan setelah kunjungan ke ibu kota Myanmar, Naypyidaw. Di sana dia menandatangani perjanjian dengan menteri pertahanan junta, Jenderal Mya Tun Oo.
Ben-Menashe mengatakan akan dibayar dengan biaya yang dirahasiakan jika sanksi terhadap militer dicabut.
Seorang juru bicara pemerintah militer tidak menjawab panggilan untuk memberikan komentar pada Sabtu (5/3/2021).
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan