Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangkangan Sipil Myanmar Meningkat, "Gerakan Mobil Mogok” Blokade Jalan-jalan

Kompas.com - 17/02/2021, 16:07 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC, CNN

Orang-orang terlihat di jalan-jalan di Yangon, Dawei dan Myitkyina memegang pesan "Gerakan Pembangkangan Sipil" dan spanduk "Bebaskan pemimpin kami" yang menampilkan gambar Suu Kyi.

Demonstrasi telah membengkak untuk melibatkan orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Diantaranya termasuk pemogokan oleh pegawai pemerintah sebagai bagian dari gerakan pembangkangan sipil massal.

Militer pada gilirannya telah meningkatkan tindakan kerasnya. Pada Minggu, pasukan keamanan di negara bagian Kachin utara negara itu menembaki pengunjuk rasa di sebuah pembangkit listrik.

Kepada CNN, seorang pengunjuk rasa di Mandalay mengatakan melihat pasukan keamanan berseragam menembakkan peluru karet dan menggunakan ketapel ke arah kerumunan pengunjuk rasa damai, menyebabkan mereka melarikan diri.

CNN telah berusaha menghubungi militer untuk mendapatkan tanggapan.

Militer juga berupaya membatasi akses ke internet dan layanan berita, serta menerapkan undang-undang keamanan siber baru. Pengamat khawatir tindakan itu berpotensi membatasi arus informasi.

Layanan internet dan seluler terganggu untuk malam kedua berturut-turut pada Senin (15/2/2021), menurut pemantau internet NetBlocks.

Konektivitas internet nasional turun menjadi 15 persen dari level biasa pada pukul 1 pagi waktu setempat. Kondisinya serupa dengan level yang terlihat pada Minggu malam.

Hal ini telah mendorong beberapa orang untuk berspekulasi apakah larangan internet pada malam hari akan menjadi kejadian sehari-hari di negara tersebut.

Baca juga: Jika Nekat Demo, Militer Myanmar Ancam Demonstran Hukuman 20 Tahun Penjara

Namun ketakutan pihak berwenang menggunakan kekerasan tidak menghentikan demonstrasi.

Pengunjuk rasa anti-kudeta menduduki jalur kereta api di Mawlamyine dan kota terbesar Myanmar Yangon pada Selasa (16/2/2021). Sembari meneriakkan slogan-slogan, mereka berupaya mengganggu layanan kereta api, sebagai bagian dari gerakan pembangkangan sipil di seluruh negeri.

Diplomat Barat pada Minggu (14/2/2021) memperingatkan junta Myanmar bahwa "dunia sedang menonton" dan menyarankan militer untuk tidak menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

"Kami menyerukan kepada pasukan keamanan untuk menahan diri dari kekerasan terhadap demonstran dan warga sipil, yang memprotes penggulingan pemerintah sah mereka," bunyi pernyataan bersama yang ditandatangani oleh AS, Kanada, dan Uni Eropa yang dipublikasikan di halaman Facebook resmi kedutaan mereka.

Dalam pernyataan yang dirilis Selasa (16/2/2021), Utusan Khusus PBB untuk Myanmar meminta kepemimpinan militer negara itu untuk menahan diri dari kekerasan dan sepenuhnya menghormati hak asasi manusia, kebebasan fundamental dan supremasi hukum.

Baca juga: Myanmar Mencekam, Warga Ronda Malam untuk Cegah Penggerebekan Militer

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com