Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelantikan Joe Biden, Warga Washington DC Justru Terkurung di Rumah

Kompas.com - 20/01/2021, 22:36 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Thomas Pepinsky, seorang profesor ilmu pemerintahan dari Universitas Cornell, AS, menolak anggapan itu.

"Secara visual penyerbuan Gedung Capitol dan Gedung DPR MPR di Indonesia kelihatannya sama. Tapi yang terjadi di belakang visual itu adalah proses yang sangat berbeda," kata Thomas yang fasih berbahasa Indonesia.

Menurutnya, yang terjadi pada 1998 di Jakarta, mahasiswa dan massa lain berdemonstrasi dan masuk ke gedung untuk menunggu keputusan Presiden Suharto dan rezim pemerintahannya.

Sedangkan yang terjadi di Washington DC, kata Thomas, adalah massa bersenjata yang mengamuk karena menuduh ada kecurangan dalam pemilu walau klaim itu tidak dapat dibuktikan melalui penghitungan ulang maupun lewat pengadilan.

"Itu jauh berbeda dengan yang kita lihat di Jakarta pada hari-hari terakhir rezim pak Harto," ujar Thomas yang pernah tinggal di Indonesia untuk meneliti dampak politik dari krisis moneter.

Baca juga: Trump Beri Pidato Terakhir sebagai Presiden AS, Tak Sebut Nama Joe Biden

Pelantikan Biden dan pemakzulan Trump

Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih akan tetap diadakan di area luar Gedung Capitol yang rutin digunakan untuk acara pelantikan Presiden AS.

Media setempat menganggap kelangsungan ini adalah bukti ketahanan rakyat Amerika.

Yang lebih penting, menurut Thomas Pepinsky, acara pelantikan ini menunjukkan bahwa pemerintahan Amerika tetap berjalan dan ancaman dari perusuh tidak bisa menghentikan roda pemerintahan.

Selain menanti acara pelantikan Biden dan Harris, rakyat Amerika tengah menunggu sidang Senat soal pemakzulan Trump atas tuduhan menghasut massa untuk menyerang Gedung Capitol.

Jika Senat menyetujui, Trump berpotensi dilarang mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden di masa mendatang.

Persetujuan Senat, menurut Thomas, harus dicapai oleh dukungan Partai Demokrat dan Partai Republik.

"Kalau persetujuan antar-partai itu tidak mungkin, kondisi demokrasi di AS memburuk lagi," tutur Thomas.

Baca juga: Setelah Dilantik, Biden Akan Kembalikan AS ke WHO dan Akhiri Muslim Travel Ban

Kerusuhan Gedung Capitol bisa jadi bukan yang terakhir

Pasca serangan Gedung Capitol, seluruh negara bagian di Amerika bersiaga atas ancaman keamanan lanjutan.

"Mungkin akan ada lagi insiden, saya pikir peristiwa tersebut bukanlah yang terakhir. Meskipun begitu, penting untuk diingat bahwa pemerintahan Biden punya agenda ambisius untk membina hubungan konstruktif dengan mitra-mitra internasional Amerika. Ini bisa terjadi, walau insiden itu hanyalah yang pertama dari serangkaian gangguan ddalam politik Amerika," kata Thomas.

Di New Orleans, Negara Bagian Lousiana, jurnalis sebuah stasiun TV lokal, Paul Dudley, mendapat instruksi dari atasan untuk mencopot stiker-stiker logo stasiun televisi dari truk yang biasa ia kendarai untuk bekerja bersama timnya.

Hal ini dilakukan menanggapi serbuan Gedung Capitol, ketika sejumlah jurnalis menjadi target penyerangan.

"Ada satu hal yang menarik. Atasan kami mengimbau tetap membawa tanda pengenal untuk bisa diperlihatkan Tetapi penting untuk tidak menggunakan tali untuk menggantung kartu identitas di lehermu, karena itu bisa digunakan untuk melumpuhkanmu," kata Paul yang telah bekerja selama hampir tiga tahun di New Orleans.

Paul mengamati opini yang berseliweran di jejaring sosial yang digunakan kaum berhaluan ekstrem kanan yang menargetkan jurnalis.

"Ada sebuah unggahan yang cukup viral yang mengatakan bahwa kami menghalangi proses revolusi," jelas Paul.

Baca juga: Jelang Pelantikan Biden, Washington DC Berubah Jadi Medan Perang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com