Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: Benarkah Biodiesel Ramah Lingkungan?

Kompas.com - 19/10/2020, 12:19 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Akhir tahun lalu, Presiden Joko Widodo meresmikan implementasi biodisesel 30 persen (B30) di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta.

Diwartakan Kompas.com 23 Desember 2019, Presiden meminta PT Pertamina (Persero) untuk memacu BBM sejenis dengan kandungan nabati dan solar.

Alasannya, jika BBM biodiesel ditingkatkan, maka akan mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga telah berencana meningkatkan penggunaan bahan bakar biodiesel hingga B100 di masa depan.

B30 merupakan campuran bahan bakar solar dengan 30 persen Fatty, Acit, Metil, Eter (FAME) diolah dari minyak sawit yang didapatkan dari kelapa sawit.

Baca juga: Membedah Kekhawatiran Penguasaan Lahan Sawit di UU Cipta Kerja

Selain mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia, biodiesel juga digadang-gadang membuat emisi kendaraan lebih ramah lingkungan.

Namun di sisi lain, para aktivis lingkungan menyebut kelapa sawit adalah salah satu pendorong utama kerusakan hutan hujan tropis.

Dilansir dari News Decoder, lebih dari separuh deforestasi di Kalimantan dikaitkan dengan produksi minyak sawit.

Meskipun terlihat "hijau", perkebunan kelapa sawit menyerap karbon jauh lebih sedikit daripada hutan asli dan merusak keanekaragaman hayati.

Pembukaan lahan untuk budidaya kelapa sawit berkontribusi pada kabut asap kebakaran hutan yang merusak kesehatan dan mempercepat pemanasan global melalui emisi gas rumah kaca.

Di sisi lain, minyak sawit merupakan komoditas yang saat ini diperlukan dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Baca juga: Ekspor Produk Minyak Sawit Lesu

Ilustrasi perkebunan kelapa sawitShutterstock Ilustrasi perkebunan kelapa sawit

Minyak yang serbaguna

Kelapa sawit murah untuk diproduksi dan menghasilkan minyak lima sampai delapan kali lebih banyak per hektare daripada tanaman minyak lainnya seperti kedelai, bunga matahari, dan lobak.

Produk turunan ditemukan dalam segala hal mulai dari makanan olahan, kosmetik, sabun, deterjen, bahkan bahan bakar.

Sebagai perbandingan, sekitar 5 persen produk yang dijual di supermarket mengandung minyak sawit.

Dilansir dari News Decoder, minyak sawit dapat membuat keripik kentang lebih renyah, sabun dan deterjen lebih berbusa, lipstik lebih halus, dan kudapan lebih renyah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com