Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 Ubah Phuket Thailand jadi "Pulau Hantu"

Kompas.com - 09/10/2020, 14:50 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

PHUKET, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat Phuket menjadi seperti pulau hantu. Pulau yang semula ramai orang berwisata, kini menjadi lengang.

Penari Phuket hanya duduk bermain dengan ponsel mereka di bar kosong yang berjejer di jalan yang sepi, saat pulau turis Thailand itu ditinggalkan akibat pandemi virus corona. Tanpa ada yang tahu pasti kapan pemulihannya segera.

Kolam renang kosong, kursi-kursi ditumpuk tinggi di restoran-restoran yang sepi dan pantai yang biasanya penuh sesak begitu sunyi, sehingga mereka bahkan melihat spesies penyu laut langka datang ke sarang.

Tahun lalu, lebih dari 9 juta wisatawan mengunjungi Phuket, destinasi kerajaan paling populer kedua setelah Bangkok.

Baca juga: Favorit Miss Universe Thailand Dipecat karena Pakai Orang Dalam sebagai Mata-mata

Melansir AFP pada Jumat (9/10/2020), hampir semua dari 3.000 hotel di pulau Phuket saat ini ditutup dan kota utama Patong telah menjadi "kota hantu", kata taipan lokal Preechawut Keesin, yang memiliki 5 klub malam dan sekitar 600 kamar hotel.

Thailand sejauh ini relatif tidak terdampak parah akibat pandemi global virus corona, dengan sekitar 3.600 kasus yang dikonfirmasi terinfeksi dan hanya memiliki beberapa puluh jumlah kematian.

Namun, keputusan kerajaan untuk berkonsentrasi pada pemberantasan virus corona telah memberikan pukulan berat bagi ekonomi dalam negeri, yang diperkirakan akan menyusut 7-9 persen pada tahun ini dan membuat munculnya jutaan pengangguran.

"Bos saya ingin membantu staf mempertahankan pekerjaan mereka, tapi saya rasa kami tidak bisa bertahan setelah akhir tahun," keluh Jantima Tongsrijern, manajer bar Pum Pui.

Baca juga: Demo di Depan Vila Raja Thailand, Aktivis Pasang Plakat Negara Milik Rakyat

Lebih buruk dari tsunami

Pada waktu normal, 80 persen keuntungan pulau berasal dari pariwisata, sektor yang mempekerjakan lebih dari 300.000 orang.

Puluhan ribu orang yang kehilangan pekerjaan telah kembali ke provinsi asalnya. Hidup itu sulit bagi mereka yang bertahan.

Beberapa telah menerima pemotongan gaji yang besar, sementara yang lain tidak punya pilihan selain bergabung dalam antrean panjang di pusat distribusi makanan atau mengumpulkan pendapatan di mana mereka bisa.

Baca juga: Pengunjuk Rasa Thailand Marah, Parlemen Tunda Keputusan Reformasi Konstitusi

Pemilik bar, Orathai Sidel, mengatakan dia biasa menghasilkan 3.200 dollar AS (Rp 47,05 juta) sebulan di musim liburan.

Dengan bisnisnya yang menjadi korban pandemi, dia sekarang menjual makanan penutup dari gerobak pinggir jalan, menghasilkan hanya 3 dollar AS (Rp 44.110) sehari untuk menutupi biaya sekolah anak-anaknya.

"Kami hanya berjuang untuk bertahan hidup," kata Poi sesama pedagang kaki lima, yang dipecat pada Juni dari restoran tempat dia dulu bekerja.

Phuket awalnya akan menyambut turis asing pertama kali pada April dalam percobaan hati-hati oleh kerajaan merespons perkembangan pandemi Covid-19, tetapi rencana itu ditunda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com