Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberhasilan Selandia Baru atasi Pandemi Corona, Tarik Ratusan Ribu Warganya Pulang dari Perantauan

Kompas.com - 13/09/2020, 09:25 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Pertengahan Maret lalu, setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, merencanakan penutupan perbatasan dan ketika karantina wilayah di kota New York mulai bergulir, Hannah Reid pulang ke kampung halamannya di Selandia Baru.

Sebelum pandemi, dia menjalani program strata dua ilmu hukum di kampus bergengsi, Columbia University. Dia ingin mengadu nasib di kota yang memiliki kompetisi ketat di antara praktisi hukum.

"Situasi seperti ini memberi saya banyak sudut pandang," kata Reid yang kini berusia 27 tahun.

"Tiba-tiba gaji Rp 2,9 miliar per tahun di firma hukum New York tidak lagi menarik dan gemerlap jika dibandingkan risiko kesehatan dan karantina wilayah seperti itu," tuturnya.

Reid sekarang berada di Auckland. Dia menjalankan pekerjaan lamanya di sebuah kantor fima hukum setempat.

"Cara AS mengatasi Covid-19 dan bagaimana penyakit itu berdampak pada New York sangat mempengaruhi keputusan saya. Saya senang sudah mengambil keputusan ini," ujarnya.

"Kembali ke Selandia Baru, jika ada kata-kata yang bisa menggambarkannya, mengangkat seluruh beban dan kecemasan saya," kata Reid.

Orang-orang Selandia Baru di seluruh dunia kembali ke kampung halaman, ketimbang menunggu pandemi Covid-19 berakhir di negara orang.

Keberhasilan Selandia Baru menanggulangi virus corona menarik banyak warga mereka untuk kembali dan menikmati tempat aman. Di negara itu, masker dan unit isolasi bukan bagian dari kehidupan sehari-hari.

Hilangnya pekerjaan dan pembatasan perjalanan mendorong orang-orang dari negara Kiwi itu untuk pulang dari perantauan.

Sekitar 50.000 warga Selandia Baru pulang kampung sejak awal tahun 2020. Kebanyakan dari mereka, seperti Reid, kembali untuk menetap dan menanggalkan berbagai hal di perantauan.

Pada titik ini, sulit memprediksi berapa banyak orang yang akan menyusul, kata Paul Spoonley, sosiolog dari Massey University di Auckland.

Menurut Spoonley, setidaknya 100.000 orang atau 10 persen dari warga Selandia Baru di luar negeri, akan kembali. Faktor utamanya, kata dia, seberapa lama pandemi akan krisis ekonomi berlangsung.

"Jika ini terus terjadi selama berbulan-bulan, jumlah yang akan pulang akan semakin tinggi," tuturnya.

Selandia Baru pun akhirya mendapatkan peluang unik dari tren ini. Tidak ada negara lain yang menghadapi migrasi balik akibat pandemi, terutama jika ditilik dari siasat pemerintah lokal menangani virus corona dan jumlah warga mereka di luar negeri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com