Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberhasilan Selandia Baru atasi Pandemi Corona, Tarik Ratusan Ribu Warganya Pulang dari Perantauan

Kompas.com - 13/09/2020, 09:25 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Di antara anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Selandia Baru adalah negara nomor dua dengan jumlah warga negara yang tinggal di luar negeri. Peringkat pertama diduduki Irlandia.

Setidaknya 600.000 hingga satu juta warga Selandia Baru ada di perantauan. Sebagai perbandingan, populasi mereka di dalam negeri mencapai sekitar lima juta orang.

Walau banyak di antara mereka menyeberang ke Australia agar dapat bekerja tanpa visa, sebagian lain orang Selandia Baru hijrah ke AS, Inggris, atau ke pusat ekspatriat seperti Dubai dan Singapura untuk mengejar pekerjaan berupah tinggi.

Meskipun sebelumnya banyak orang Selandia Baru kembali setelah sukses berkarier dan membangun rumah tangga di luar negeri, kepulangan dalam jumlah besar seperti saat ini belum pernah terjadi.

Selandia Baru mendadak lebih diinginkan ketimbang London, New York, Hong Kong, atau kota-kota lain di dunia.

Baca juga: Indonesia Harap Selandia Baru Bantu Pelajar ASEAN Terdampak Covid-19

Pertukaran keterampilan baru

Selandia Baru sebelumnya kehilangan banyak talenta hebat saat terjadi eksodus orang-orang terampil negara itu ke luar negeri. Kepergian mereka digantikan imigran terampil dari seluruh dunia.

Rata-rata migrasi per tahun negara itu mencapai 56.000 orang. Pada tahun 2019, 27% warga Selandia Baru lahir di luar negeri.

Namun arus kepulangan ini dianggap sebagai pertukaran keahlian yang tidak biasa oleh Julie Fry, penulis buku berjudul Better Lives: Migration, Wellbeing and New Zealand.

Dia berkata, warga Selandia Baru yang mengembangkan keterampilan dan jejaring profesional di luar negeri pulang kampung dan memberi keuntungan bagi negara itu.

Arus balik itu, menurut Fry, adalah peluang besar untuk memadukan Selandia Baru dan dunia. Mereka yang pulang kampung dapat berbagi pengalaman dan keterampilan dari luar negeri.

Sementara Spoonley menyebut negaranya akan semakin tergenjot karena banyak warga mereka kembali meski sebenarnya bisa menetap di luar negeri tanpa batas waktu.

Pada tahap ini, sulit mengetahui berapa banyak warga Selandia Baru yang akan kembali merantau. Namun banyak dari mereka, seperti halnya Reid, tak memiliki rencana untuk itu, meski virus corona tak lagi menjadi hambatan.

Harga rumah yang naik pesat menunjukkan kenaikan permintaan untuk tempat tinggal permanen. Perubahan kota-kota besar akibat Covid-19 barangkali juga mengubah persamaan.

"Biasanya ketika Anda kembali dari luar negeri ke Selandia Baru, Anda merindukan hal-hal hebat tentang New York atau London," kata Fry.

Namun dengan melihat perubahan kota, kata Fry, baik dalam jangka pendek hingga menengah, secara psikologi banyak orang akan melihat persoalan secara utuh, terutama soal kualitas hidup dan peluang pendidikan anak-anak mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com