BEIJING, KOMPAS.com - Artis China, Ai Weiwei membuat film rahasia berjudul "Coronation" di Wuhan, pusat kota di China yang merupakan asal mula virus corona muncul, yang kemudian diikuti lockdown.
Seniman internasional, yang telah menarik perhatian terhadap pelanggaran HAM dan korupsi pemerintahan di China, mengatakan dia telah memiliki tim videografi di lapangan untuk merekam aktivitas karantina yang berlangsung di kota Wuhan.
"China telah mengambil status sebagai negara adidaya di panggung global, namun tetap kurang dipahami oleh negara lain," demikian bunyi pernyataan di situs resmi artis tersebut, seperti yang dilansir dari New York Post pada Jumat (28/8/2020).
Baca juga: Jerman Dilanda Demonstrasi Anti-corona
"Melalui lensa pandemi, 'Coronation' dengan jelas menggambarkan manajemen krisis China dan mesin kontrol sosial, melalui pengawasan, doktrin ideologi, dan tekad keras untuk mengontrol setiap aspek masyarakat," ujarnya.
Selama lebih dari 2 bulan, 11 juta penduduk Wuhan diisolasi saat virus corona menyebar.
Wuhan adalah pusat penyebaran virus corona di China dan menurut laporannya mengalami kematian terbanyak.
Kota dan sebagian besar provinsi sekitarnya lockdown dari akhir Januari hingga awal April.
Baca juga: Hampir 5.800 Orang di China Ditangkap karena Lakukan Kejahatan Terkait Virus Corona
Orang-orang tidak dapat meninggalkan atau memasuki kota dan kebanyakan masyarakatnya dibatasi dengan karantina mandiri di rumah mereka masing-masing.
Penyebaran virus corona telah dihentikan di China, meskipun wabah yang ditekan muncul secara sporadis.
Ai mengarahkan film tersebut dari jarak jauh dari Eropa.
Sementara film Coronation menunjukkan perubahan yang terjadi di kota dan ruang individu di bawah pengaruh virus.
Baca juga: Hasil Penelitian Mendorong untuk Diciptakannya Vaksin Virus Corona Dibedakan Sesuai Jenis Kelamin
Alur ceritanya menggambarkan nilai kehidupan individu dalam lingkungan politik, merefleksikan kesulitan yang kita hadapi sebagai individu dan negara dalam konteks globalisasi.
Pada akhirnya, akibatnya adalah masyarakat tidak memiliki kepercayaan, transparansi, dan rasa hormat terhadap kemanusiaan.
"Terlepas dari skala dan kecepatan penguncian Wuhan yang mengesankan, kita menghadapi pertanyaan yang lebih eksistensial, yaitu dapatkah peradaban bertahan hidup tanpa kemanusiaan? Bisakah negara bergantung satu sama lain tanpa transparansi atau kepercayaan?” ujarnya.
Ai mengatakan kepada The Associated Press awal musim panas ini bahwa teman-teman artisnya di Wuhan telah mengiriminya rekaman, bahkan dari rumah sakit, memberinya visual dari berbagai angle dari momen-momen kota yang rentan dan cepat selama lockdown yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca juga: Virus Corona Masuk Pedalaman India, Suku Paling Terisolasi di Dunia Terancam Kena