KOMPAS.com - Para warga sekitar yang mengusir sejumlah backpacker itu khawatir para backpacker akan menyebarkan virus corona.
Mereka yang disebut 'backpacker' kebanyakan adalah pemegang work and holiday visa (WHV), berusia antara 18-30 tahun dari berbagai negara yang datang ke Australia untuk bekerja sambil berlibur.
Kepada ABC, sejumlah 'backpacker' di pedalaman Australia Selatan mengatakan penduduk setempat melempari mereka dengan batu.
Tak hanya itu, mereka juga menemukan kata-kata 'go home' yang tertulis di tong sampah di hostel tempat mereka tinggal.
'Backpacker' asal Inggris Roan Hodgson, yang tinggal di Harvest Trail Lodge, kota kecil Loxton, sekitar 256 kilometer dari Adelaide mengatakan mereka mengalami diskriminasi.
"Satu-satunya tempat di mana kami bisa santai selain di kamar kami adalah di balkon," katanya.
"Beberapa orang yang melintas di depan hostel kami berteriak 'go home', dan beberapa hari lalu beberapa orang melempar batu."
Baca juga: Australia Lockdown, Kanguru Lompat-lompat Jelajahi Kota
"Kami sudah bekerja di sini selama beberapa bulan, tindakan seperti ini menurut saya adalah tindakan konyol."
'Backpacker' lainnya asal Jerman, Kristina Welters mengaku kejadian ini menjadi mimpi buruk bagi mereka yang awalnya ingin berkunjung ke Australia.
"Kami bekerja di Jerman untuk bisa ke sini, dan saya kira kami semua ingin mendapat kenangan yang baik, dan tidak mau hidup dengan tindakan rasis setiap hari," katanya.
Manajer hostel Bronnie Allen mengatakan para 'backpacker' juga dianggap sebagai 'ancaman' bagi warga setempat dalam hal pekerjaan.
Menteri Urusan Industri Utama dan Pembangunan Regional Australia Selatan, Tim Whetstone dalam pernyataannya mengatakan,
"tindakan rasis terhadap para 'backpacker' dan siapa saja adalah hal yang tidak bisa diterima".
"Para backpacker merupakan bagian penting dari ekonomi lokal ... tindakan diskriminasi terhadap mereka tidak akan dibiarkan terjadi," katanya.
Sementara itu Derry Geber, pemilik beberapa hostel di kawasan Barrossa Valley dan McLaren Vale, yang banyak memproduksi mimuman anggur di Australia Selatan mengatakan warga setempat memang merasa "takut" dengan kehadiran para backpacker.