Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Ramadhan 2020, Negara-negara Ini Alami Dilema Tradisi di Tengah Pandemi

Kompas.com - 21/04/2020, 17:53 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Umat Islam di seluruh dunia tahun ini melakukan puasa Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung.

Pemerintah di beberapa negara telah menerapkan kebijakan, agar kegiatan-kegiatan selama Ramadhan tidak menimbulkan lonjakan jumlah kasus virus corona.

Namun perdebatan terjadi di beberapa negara, antara masyarakat yang ingin ibadah serta tradisi tidak dibatasi dan pemerintah yang berupaya menahan penyebaran Covid-19.

Baca juga: MUI Ingatkan Umat Berdoa Selama Ramadhan agar Pandemi Segera Berakhir

Di Bangladesh misalnya, ulama mengecam pengurangan jumlah orang di masjid, dan menuntut pemerintah sekuler negara itu mengizinkan jutaan umat Muslim berkumpul dalam shalat harian dan mingguan.

"Kuota jumlah jemaah yang diberlakukan pemerintah tidak dapat kami terima. Islam tidak mendukung pengenaan kuota pada jemaah," kata Mojibur Rahman Hamidi, anggota senior kelompok garis keras Hefazat-e-Islam, dikutip dari AFP Selasa (21/4/2020).

Para pemuka agama Islam di Bangladesh mengingatkan orang-orang bahwa "wajib" hukumnya bagi orang Islam yang sehat untuk melakukan shalat di masjid.

Pada Sabtu (18/4/2020), mereka sempat melanggar lockdown dengan menghadiri pemakaman seorang khotib ternama.

Baca juga: Syekh Ali Jaber Sebut Ramadhan Ini Istimewa dengan Ibadah di Rumah

Di Pakistan, sejumlah umat Islam mengatakan bahwa ibadah lebih penting daripada persoalan virus corona.

Pihak berwenang telah mendapat tekanan agama, agar mengizinkan shalat harian dan pertemuan malam di masjid. Para ulama berjanji menginstruksikan para pemimpin agama untuk membersihkan fasilitas secara teratur.

Jelang Ramadhan 2020, masjid-masjid sudah dipenuhi lagi oleh ratusan umat Islam di Pakistan yang melakukan shalat Jumat, dengan duduk berdekatan dan hanya sedikit menerapkan social distancing.

Baca juga: Ramadhan 2020: Pakistan Cabut Batasan Shalat di Masjid, Jemaah Wajib Jaga Jarak 2 Meter

"Saya akan melakukan semua langkah pencegahan, mencuci tangan, dan mengenakan masker saya, tetapi itu tidak berarti saya akan berhenti melakukan shalat, terutama selama bulan Ramadhan," kata sopir taksi Zubair Khan kepada AFP di kota Peshawar, Pakistan.

Beberapa pekan terakhir perkumpulan besar keagamaan mendapat sorotan tajam karena menimbulkan lonjakan kasus Covid-19 di Asia, khususnya di Malaysia, Pakistan, dan India.

Baca juga: Ratusan Pesertanya Terjangkit Corona, Tablighi Jamaat Disorot Tajam

Risiko meningkatnya angka kematian

Hampir 1 miliar umat Islam tinggal di Asia, benua yang mencatatkan jumlah korban Covid-19 lebih rendah dari Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Namun angkanya terus bertambah dan dikhawatirkan akan membuat rumah sakit kewalahan, mengingat beberapa negara tidak memiliki fasilitas medis yang memadai.

Pandemi virus corona membuat beberapa negara menerapkan lockdown, dengan sekolah-sekolah dan tempat usaha ditutup tapi sebagian besar masjid tetap buka.

Baca juga: MUI Imbau Umat Islam Tak Shalat Berjemaah di Masjid Selama Ramadhan

AFP mengabarkan, di Malaysia terjadi perdebatan tentang pengadaan pasar Ramadhan, lokasi jual-beli makanan untuk berbuka puasa.

Malaysia sedang menerapkan lockdown nasional. Pemerintah pekan lalu mengatakan, mereka hanya mengizinkan operasional e-bazaar yaitu pembeli memesan makanan secara online yang kemudian dikirim ke rumah mereka.

Merasa "terjebak"

Beberapa tanda menunjukkan perintah itu tidak dipatuhi. Pihak berwenang di negara bagian Perlis utara misalnya, mengatakan akan mengizinkan pedagang makanan berdagang dari rumah dan di pinggir jalan, yang berpotensi mengundang perkumpulan banyak orang.

Hadi Azmi (31) seorang video editor mengatakan, dia memahami perlunya pembatasan tetapi dia juga merasa "terjebak"

"Aku merasa aneh ketika bulan puasa mendekat, karena kami harus tetap di rumah dan tidak dapat bertemu orang tua serta saudara kandung kami untuk berbuka puasa dan berdoa bersama," katanya kepada AFP.

Baca juga: Malaysia Lockdown, Ratusan Ribu Warga Aceh Terjebak, Minta Dipulangkan Jokowi

Lalu di Indonesia, AFP turut memberitakan larangan mudik yang diterapkan tahun ini.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kami mengatakan, jika peduli pada orang yang dicintai tetaplah di tempat sampai semua ini berakhir.

Kemudian seorang warga Jakarta bernama Romy Gustiansyah yang ditemui AFP berujar, ia tidak akan mudik ke Sumatra karena takut virus corona.

"Saya sedih saya tidak akan bertemu keluarga saat Idul Fitri, tetapi saya berusaha tetap optimis."

"Ini cuma penundaan. Itu yang saya katakan pada diri saya sendiri," tutur Romy.

Baca juga: Seberapa Efektif Larangan Mudik untuk Cegah Corona Covid-19? Ini Kata Ahli

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com