Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Kaya di Rusia Menimbun Ventilator untuk Hadapi Virus Corona

Kompas.com - 22/03/2020, 18:12 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Salah satu keluarga terkaya di Rusia yang memiliki kekayaan lebih dari 1 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 16 triliun, dan memiliki rumah di beberapa negara dengan destinasi terlaris dunia seperti London dan Perancis Selatan dikabarkan menimbun alat ventilator di rumah megah mereka.

Kekayaan keluarga itu juga dapat dilihat dari rumah besar di Rublyovka, daerah pinggir kota di luar Moskwa. Tempat para elit penguasa Rusia berada.

Kenyataan bahwa satu-satunya rumah sakit di Rusia yang dikelola negara untuk menerima pasien virus corona membuat keluarga itu menimbun alat medis berupa ventilator.

Moscow Times juga menemukan bukti dari puluhan wawancara, bahwa orang kaya di Rusia sedang mendirikan klinik darurat di rumah mereka untuk memastikan mereka mendapatkan perawatan yang lebih baik daripada warga lain jika mereka terinfeksi.

Penimbunan ventilator yang mereka lakukan merupakan perilaku parah karena alat itu terbukti penting dalam proses perawatan pasien virus corona.

Salah satu anggota keluarga mengatakan kepada Moscow Times bahwa keluarga mereka berusaha untuk mendapatkan dua alat ventilator lagi.

Baca juga: Virus Corona, Anggota Sebuah Gereja di Korea Selatan Bentrok dengan Polisi

 

Anggota keluarga kaya ini meminta untuk tetap ditampilkan anonim untuk berbicara jujur soal ini. Alat ventilator disebutnya seharga 1,8 juta rubel atau 22.500 dollar AS satu unitnya.

"Daftar tunggu untuk beli alat ini delapan bulan," ujarnya.

Ventilator dianggap sangat penting membantu pernapasan pasien virus corona ketika paru-paru mereka mulai gagal. Alat medis ini bisa dibilang paling dicari di bumi.

Ketika sistem medis Italia kewalahan dengan pasien virus corona, dokter di sana menyadari mereka tidak punya cukup ventilator untuk menyelamatkan banyak nyawa sehingga dipaksa 'memilih' pasien mana yang hidup dan mana yang mati.

Skenario mimpi buruk ini dengan cepat memperingatkan sebagian besar negara bahwa mereka membutuhkan ventilator untuk mencegah korban massal.

Baik AS mau pun Inggris mengatakan bahwa mereka akan menghadapi krisis ventilator jika kasus virus corona terus meningkat kritis. Hal itu memaksa mereka membeli atau memproduksi lebih banyak alat medis tersebut.

Baca juga: AS Janjikan 27 Juta Alat Uji Virus Corona Tersedia Akhir Maret

Dalam upaya mempertahankan perangkat medis itu di negara mereka, beberapa negara bahkan memblokir perusahaan untuk menjual ke luar negeri.

Meski di Rusia baru sebanyak 253 kasus virus corona dilaporkan, angkanya terus bertambah dari hari ke hari.

Awal pekan ini, The Moscow Times melaporkan adanya prosedur pengujian Rusia telah meremehkan angka-angka infeksi itu.

Meski begitu, Rusia termasuk yang lebih baik dalam penyediaan ventilator.

Berdasarkan Headway Group yang berbasis di Moskwa, yang memantau tender pemerintah, Rusia memiliki sekitar 42 sampai 43 ribu alat ventilator di rumah sakit negara di seluruh negeri.

Atau setara dengan 29 ventilator untuk 100 ribu penduduk. Angka ini secara siginifikan lebih tinggi dari Italia, yaitu hanya 8 ventilator untuk 100 ribu penduduk.

Baca juga: Virus Corona Mampu Bertahan di Udara, WHO Pertimbangkan Pencegahan untuk Staf Medis

Namun, para ahli medis mengaku prihatin ventilator hanya terkonsentrasi di pusat-pusat urban kota kaya Moskwa yang memiliki ventilator sekitar 5 ribu, juga termasuk di St. Petersburg.

Sekitar 25 persen dari ventilator negara terdapat di Moskwa, wilayah regional Moskwa dan St. Petersburg.

Direktur Klinika Semeynaya (Klinik Keluarga), Pavel Brand, rantai klinik keluarga di Moskwa mengatakan rekan-rekannya di beberapa wilayah mengungkapkan bahwa terdapat sedikitnya enam ventilator per 100 ribu orang. Kebanyakan dari mereka tua dan buruk kualitasnya.

Melihat fenomena itu, pavel Brand berharap wabah tidak akan terjadi di daerah.

Irina Podolyan, wakil kepala dokter di rumah sakit klinis nomor 101 di Lermontov, sebuah kota di wilayah selatan Stavropol yang melihat kasus virus corona pertama di pekan ini mengatakan bahwa berdasarkan perhitungan terakhir, rumah sakit memiliki tiga atau empat ventilator yang dapat digunakan.

Suaminya, Sergei adalah seorang ahli bedah di rumah sakit, menambahkan bahwa ventilator rumah sakit sudah ketinggalan zaman dan tidak memiliki anggaran untuk bisa membeli lebih banyak.

Baca juga: Bantu Atasi Virus Corona, Presiden dan Menteri Korsel Kembalikan 30 Persen Gaji

Untuk mengatasi perbedaan itu, Rusia mengalokasikan uang ke daerah untuk membeli lebih banyak ventilator.

Wilayah Siberia di Tomsk misalnya, telah menerima delapan juta rubel Rusia atau setara dengan Rp 1,6 miliar. Angka itu cukup untuk empat alat ventilator dengan kualitas terbaik.

Namun, apakah uang sebanyak itu akan benar-benar dibeli untuk ventilator dalam waktu dekat, masih belum jelas.

Dalam wawancara dengan puluhan perwakilan perusahaan Rusia yang menjual ventilator, Moscow Times menemukan daftar tunggu untuk membeli peralatan tanpa tanggal akhir yang ditentukan.

Sebagian besar penjualnya mengatakan kalau mereka tidak tahu kapan akan punya ventilator lebih dalam persediaannya.

Direktur penjualan untuk MediKo di Moskwa, Artyom Sivachev mengatakan perusahaannya sudah kehabisan ventilator di gudangnya. Dia berharap mitra internasionalnya mampu memberikan lebih banyak ventilator lagi.

Baca juga: Sukarelawan China Ceritakan Pengalaman Uji Coba Vaksin Virus Corona

Sivachev juga mengatakan kalau dia telah menerima banyak panggilan dari orang-orang yang mengatasnamakan pribadi selama dua pekan terakhir. Kebanyakan ingin membeli ventilator.

Mayoritas perusahaan yang menjual kepada pembeli yang mengatasnamakan pribadi mencapai angka penjualan sebanyak 30 persen selama dua pekan. Penjual mengatakan mereka menjual habis seluruh ventilator pada pekan ini.

Banyaknya pemesanan juga membuat Dinara Yenokayeva, manajer penjualan Oxy2.ru berharap akan ada pengiriman baru pada akhir April. Namun, dia tahu antriannya sudah sangat panjang.

Ventilator sendiri bukan alat yang kuat diproduksi di Rusia. Alat itu banyak diproduksi di Jerman, China dan ternyata Italia.

Namun, Jerman dan Italia sudah memblokir pengiriman ke luar negeri. Beberapa pengusaha Rusia mencari ventilator sampai ke Brasil, Israel dan AS.

Sementara itu, para ahli medis yang berbicara dengan The Moscow Times mengutuk praktik tersebut. Mereka mencatat bahwa, dengan sendirinya, ventilator tidak akan banyak membantu.

"Anda harus memiliki rumah sakit di rumah dengan unit perawatan intensif.Dan yang paling penting, Anda memerlukan seorang spesialis," kata Yaroslav Ashikhmin, seorang ahli jantung yang memberi nasihat kepada pusat pengembangan medis yayasan Skolkovo.

Baca juga: Singapura Antisipasi Corona, Pengunjung dengan Visa Jangka Pendek Dilarang Masuk

"Terima kasih Tuhan, kebanyakan dokter di sini cukup etis untuk tidak pergi ke rumah orang kaya dan mengobatinya ketika ribuan orang membutuhkan perawatan."Paparnya.

Akan tetapi, salah satu orang kaya yang berbicara dengan The Moscow Times, mengatakan bahwa mereka memiliki dokter yang siap membantu mereka memasang ventilator dengan benar.

Tetapi Ashikhmin percaya bahwa kebijakan itu tidak akan menyelamatkan orang Rusia yang kaya.

"Oligarki kita tidak pernah berinvestasi di rumah sakit lokal karena mereka tidak pernah berpikir mereka harus dirawat di sana," katanya.

"Sangat mungkin bahwa mereka akan segera berada dalam kondisi yang tidak membahagiakan karena klinik asing tidak akan menerimanya seperti halnya klinik swasta Rusia. Bisa dibilang, sekarang mereka mungkin sedang mengalami neraka yang mereka bantu ciptakan sendiri," tambahnya.

Baca juga: 3 Strategi China Atasi Virus Corona, Contoh bagi Negara Lain?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com