Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona, Anggota Sebuah Gereja di Korea Selatan Bentrok dengan Polisi

Kompas.com - 22/03/2020, 17:55 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

SEOUL, KOMPAS.com - Anggota sebuah gereja di Korea Selatan dilaporkan terlibat bentrok dengan polisi, di tengah upaya pemerintah mencegah wabah virus corona.

Untuk mencegah penyebaran, otoritas meminta warganya untuk diam di rumah. Selain iti, pertemuan publik termasuk kegiatan keagamaan ditiadakan.

Larangan itu diberlakukan setelah Korea Selatan masih melaporkan klaster maupun kasus impor baru, meski tren-nya mengalami penurunan.

Baca juga: Cegah Corona, Pemprov DKI Tiadakan Shalat Jumat hingga Ibadah di Gereja Selama 2 Pekan

Kebijakan untuk melarang agenda keagamaan, olahraga, maupun hiburan resmi diterapkan pada Minggu (22/3/2020), dilaporkan Reuters via Channel News Asia.

"Pertarungan kita dengan virus corona ini adalah pertarungan tiga kaki," kata Presiden Moon Jae-in dalam konferensi pers Minggu.

Tidak peduli kalian sedang dalam kondisi sehat, atau mampu melakukan sesuatunya sendiri," jelas Moon yang menyiratkan agar publik bekerja sama dengan pemerintah.

Kebanyakan gereja sudah mengalihkan tata ibadah mereka secar daring dalam beberapa pekan terakhir. Namun media setempat memberitakan masih ada yang nekat buka.

Kondisi tersebut memantik aksi protes dari warga setempat, dan memaksa polisi Korea Selatan untuk turun tangan dan meminta mereka berhenti.

Baca juga: 3 Kunci Korea Selatan Berhasil Tangani Virus Corona Lebih Baik dari Negara Lain

Di gereja Sarang Jeil Seoul, Yonhap mengabarkan sejumlah jemaah berusaha untuk masuk dengan menerobos penjagaan yang dilakukan aparat.

Sejumlah video yang menyebar di YouTube memperlihatkan seorang perempuan tergelatak di jalan. "Mengapa kalian melakukan ini? Apa ini Korea Utara?" teriak jemaah lainnya.

Pejabat kota dalam keterangan resmi mengemukakan, gereja tersebut tidak menaati izin dan tak memberikan ruang untuk social distancing.

Di bagian Seoul sekelompok warga melakukan aksi di depan Gereja Central Baptist, meminta mereka untuk menangguhkan ibadah Minggu di tengah wabah Covid-19.

Saat ini, Negeri "Ginseng" melaporkan 8.897 kasus penularan, di mana lebih dari dari setengah kasus berasal dari sekte keagamaan di Daegu.

Baca juga: Bantu Atasi Virus Corona, Presiden dan Menteri Korsel Kembalikan 30 Persen Gaji

Selain menindak organisasi keagamaan yang nakal, Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korsel (KCDC) juga memberikan peringatan kepada pelancong.

Ketegasan tersbut diberikan setelah pemerintah memperketat penjagaan perbatasan, dan menerapkan karantina wajib selama 14 hari bagi penumpang dari Eropa.

KCDC mengatakan, sekitar 15 orang positif mengidap Covid-19, dengan delapan di antaranya datang dari Eropa, dan tiga dari AS.

"Kami akan menerapkan social distancing selama 15 hari secara intensif," kata Wakil Direktur KCDC Kwon Jung-wook di konferensi pers.

"Setelah itu, kami akan membuka sekolah dan mencoba mengembalikan lagi kehidupan normal di tengah penyebaran virus corona," paparnya.

Baca juga: Tak Patuh, Gereja di Korea Selatan Masih Buka Layanan Saat Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com