Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya dalam Sebulan, Wajah Italia Berubah Drastis karena Wabah Corona

Kompas.com - 22/03/2020, 10:44 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

ROMA, KOMPAS.com - Hanya dalam waktu sebulan sejak kematian pertama akibat virus corona terjadi di Italia, potret kehidupan di Negeri "Pizza" langsung berubah drastis.

Ketika kasus kematian itu terjadi, situasi di Italia masih normal seperti biasanya.

Kafe-kafe dan bar penuh sesak, tempat-tempat wisata ramai pengunjung, dan kehidupan politik masih sedramatis biasanya.

Namun sekarang situasinya berbeda jauh.

Baca juga: Pandemi Virus Corona, Sepak Bola Italia Diprediksi Redup Sampai Oktober

Jalanan di Italia sepi, dan para politisi sangat sibuk, dalam perjuangan negara menahan pandemi global terburuk selama hampir seabad ini.

Jumlah kematian akibat Covid-19 di Italia sekarang yang tertinggi di dunia, menyalip China tempat wabah ini pertama kali muncul akhir tahun lalu.

Kematian pertama, seorang pensiunan pekerja bangunan di dekat Padua, diiringi peningkatan yang stabil dalam penambahan kasus.

Pemerintah kemudian melakukan isolasi di beberapa kota di wilayah tersebut.

Baca juga: Dokter Italia yang Peringatkan Sarung Tangan Langka Meninggal karena Virus Corona

"Semuanya terkendali," kata Perdana Menteri Giuseppe Conte, setelah penutupan pertama dilakukan.

Dia berharap bisa membendung kekhawatiran atas penyebaran virus corona di Italia, tapi terbukti keyakinannya masih prematur.

Sekarang, lebih dari 4.800 orang telah meninggal karena virus corona di negara Mediterania itu, dan lebih dari 53.000 orang terinfeksi.

Hal ini memicu krisis kesehatan masyarakat, dan membuat sistem perawatan kesehatan di Italia sangat kewalahan.

Baca juga: Paulo Dybala dan Paolo Maldini Terjangkit Covid-19, Bukti Italia Masih Kendor

Aturan yang tidak cukup ampuh

Korban pertama bernama Adriano Trevisan itu adalah titik balik Italia, yang kini berjuang dengan ratusan kematian baru setiap harinya dan kasus infeksi terus bertambah.

Pada hari yang sama ketika Trevisan meninggal di sebuah rumah sakit di Schiavonia, Napoli mengalahkan Brescia di liga sepak bola Serie A.

Sementara itu di Milan, Versace menyajikan koleksi gender campuran di Fashion Week.

Baca juga: Lockdown di Italia Bikin Bek Inter Milan Jadi Kutu Buku

Kemudian di Roma, lalu lintas masih macet, dan para turis masih melempar koin di Trevi Fountain.

Kedai-kedai kopi serta restoran pizza masih ramai, dan penduduk setempat masih mengeluh tentang sampah yang meluap dari tong sampah.

Sekarang, jalan-jalan di seluruh Italia hampir kosong, lalu lintas hilang.

Sebagian besar tempat usaha ditutup, dan 60 juta penduduk Italia telah diperintahkan untuk tetap di rumah.

Baca juga: Laporkan 793 Kasus Kematian Harian Covid-19, Korban Meninggal di Italia Capai 4.825 Orang

Akan tetapi, itu saja tidak cukup.

Para pemimpin lokal dan regional di utara, yang merupakan wilayah pusat virus, mendesak Conte untuk memanggil tentara.

Menurut mereka, penyakit ini akan terus menyebar kecuali ada orang yang bisa membuat warga patuh.

Baca juga: Angkut Jenazah Korban Virus Corona, Kota di Italia Minta Bantuan Militer

Pakar kesehatan dari Palang Merah China yang membantu rumah sakit di wilayah utara Lombardia juga mengatakan banyak hal harus dilakukan.

"Anda harus menutup semua kegiatan ekonomi, semua orang harus tinggal di rumah," kata Sun Shuopeng, wakil presiden kelompok itu, dikutip dari AFP, Minggu (22/3/2020).

"Anda tidak punya tindakan yang cukup tegas di sini," dia memperingatkan.

Baca juga: Marouane Fellaini Positif Terjangkit Virus Corona di China

"Ini adalah pandemi!"

Mereka tidak sendirian dalam menyerukan lebih banyak kedisiplinan.

Pihak berwenang di selatan Italia, daerah yang lebih miskin dan sistem kesehatan yang lemah, telah memohon dan memberi teguran keras agar orang-orang tetap di rumah.

Wali Kota Delia di Sisilia, Gianfilippo Bancheri, memarahi "orang idiot" yang terus bersosialisasi dengan tetangga, menikmati barbecue, atau keluar setiap hari untuk membeli makan atau rokok, sambil mengeluh "terkurung" oleh aturan karantina.

Baca juga: Virus Corona, Jumlah Kematian Tertinggi di Italia, dan Lonjakan Kasus Baru di Thailand

"Ketika seseorang memberi tahu saya 'Oh wali kota, Anda tidak seharusnya membuat orang khawatir'. Apa maksudmu jangan membuat orang khawatir?!"

"Ini adalah pandemi, bukan epidemi. Ini adalah pandemi dan kita tidak seharusnya memperingatkan orang-orang?" sindirnya dalam video yang diunggah di Facebook.

"Kapan kita bisa memperingatkan orang kalau bukan karena pandemi," tutup Bancheri.

Baca juga: Cerita WNI di Italia: Lockdown Bukan Berarti Hidup Monoton

Sabtu kemarin, Kepala Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Brescia, Giuseppe, Natalini, mengatakan orang Italia harus lebih waspada.

Brescia yang terletak 100 kilometer di timur Milan, memiliki 4.648 kasus infeksi, terbanyak di Italia setelah Bergamo.

"Jangan meremehkan pembatasan yang ditetapkan," kata Natalini pada Rai News24.

Baca juga: Italia Masih Lockdown, Presiden AIC Heran Ada Tim Jadwalkan Latihan

Infeksi terus meningkat dan para pakar kesehatan memperingatkan bahwa puncaknya belum tercapai.

Sementara itu rumah sakit seperti di Brescia sudah berada di titik tertingginya.

Para dokter, perawat, dan pastor yang memberi ritual, telah meninggal karena wabah virus corona, dan setiap hari membawa berita buruk tentang kasus baru dan kematian.

Di dua biara kota Vatikan, 59 biarawati ditemukan terinfeksi, menurut laporan surat kabar Il Messagero pada Sabtu (21/3/2020).

Baca juga: Mengapa Isolasi dan Karantina Penting untuk Cegah Penyebaran Corona?

Akan tetapi, di tengah lautan berita mengerikan ini, ada secercah titik terang.

Menteri daerah, Francesco Boccia, yang memanggil 300 sukarelawan dokter, perawat, dan spesialis lainnya untuk satuan tugas medis dalam membantu rumah sakit dengan dampak terparah, kini telah mengumpulkan 1.500 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com