PYONGYANG, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, berisi penawaran bantuan untuk memerangi virus corona.
Kabar itu disampaikan oleh adik sekaligus petinggi negara, Kim Yo Jong, setelah Pyongyang menembakkan proyektil yang diduga rudal balistik jarak pendek.
Dalam keterangan yang disampaikan media pemerintah KCNA, Kim Yo Jong menuturkan Trump ingin meningkatkan relasi dengan Kim Jong Un.
Baca juga: Jika Virus Corona Infeksi Korea Utara, Kim Jong Un Ancam Bakal Ada Konsekuensi Serius
Di surat yang diberikan kepada Kim Jong Un, presiden 73 tahun itu menuturkan ingin bekerja sama dalam menangani penyebaran wabah.
"Presiden AS begitu terkesan dengan usaha yang diberikan ketua untuk melindungi rakyatnya dari ancaman serius virus corona," jelas Kim Yo Jong.
Hingga saat ini, negara yang menganut ideologi Juche itu belum melaporkan adanya infeksi Covid-19, dan memunculkan keraguan para ahli.
Sementara Negeri "Uncle Sam" sudah mengumumkan adanya 23.811 penularan, di mana 301 korban meninggal dari virus bernama resmi SARS-Cov-2.
Dilansir AFP maupun BBC Sabtu (21/3/2020), KCNA tidak menjabarkan kapan surat itu dikirimkan oleh orang nomor satu AS itu kepada Kim.
Baca juga: Di Tengah Ketegangan, Kim Jong Un Beri Dukungan untuk Korsel Hadapi Virus Corona
Kim Yo Jong mengatakan, meski surat itu memaparkan "hubungan luar biasa" dua pemimpin, dia memperingatkan relasi lebih luas yang mencakup negara berbeda.
"Kami mencoba berharap hubungan dua negara sama eratnya dengan pemimpin. Tetapi, hanya waktu yang bisa menjawabnya," kata dia.
Analis menyatakan, Korea Utara mencoba untuk terus memamerkan senjatanya sejak pertemuan Kim dan Trump di Vietnam pada Februari 2019 gagal.
Gagalnya pertemuan keduanya di Hanoi pada akhir Februari disebabkan perbedaan pandangan mengenai pencabutan sanksi dan balasan apa yang diberikan Pyongyang.
Baca juga: 22 Hari Hilang di Tengah Wabah Virus Corona, Kim Jong Un Kembali Muncul
Saat ini, negara komunis itu berada dalam serangkaian sanksi baik yang diterapkan AS maupun PBB karena program persenjataan nuklir mereka.
Korut sempat mendesak Washington guna menawarkan pendekatan baru terkait denuklirisasi dan pencabutan sanksi sebelum 2019 berakhir.
Namun karena tak dijawab, pada Desember 2019, Kim mengumumkan mereka tak lagi terikat pada perjanjian penghentian uji coba rudal balistik antar-benua dan nuklir.
Dia sudah mengancam bakal menunjukkan "senjata strategis terbaru Korut" secepatnya, dengan serangkaian kabar adanya tembakan proyektil.
Menyikapi uji coba tersebut, Kementerian Luar Negeri AS meminta Pyongyang menghentikan provokasi mereka dan mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB.
Adapun Dewan Keamanan PBB sudah menyatakan, mereka bakal menangguhkan sebagian sanksi untuk mengalirkan bantuan kepada Korea Utara.
Baca juga: Awasi Latihan Korea Utara, Kim Jong Un Tak Pakai Masker di Tengah Wabah Virus Corona
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.