Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Penerbangan: Butuh Petunjuk Baru untuk Pencarian Ulang MH370 Malaysia Airlines

Kompas.com - 08/03/2020, 13:21 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Hari ini Minggu (08/03/2020) tepat enam tahun hilangnya pesawat terbang Malaysia Airlines MH370 dari radar saat melakukan penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing, China.

Waktu terus bergulir namun sampai detik ini belum ada petunjuk ke mana hilangnya pesawat tersebut.

Pihak keluarga dari 239 korban yang berada di dalam Boeing 777 itu masih mencari akhir dari episode tragis ini.

Faktanya, pemulihan beberapa bagian sayap dan badan pesawat di Samudra Hindia dekat perairan pantai barat daya Afrika telah menimbulkan banyak pertanyaan tentang mengapa pesawat malah harus membelok jauh dari rute aslinya.

Bagi keluarga korban, menunggu jawaban adalah misteri yang menyakitkan. Setiap tahun mereka merenungkan nasib orang yang mereka kasihi yang hilang di dalam penerbangan itu.
Mereka hanya mampu memegang nyala lilin dalam ingatan mereka.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi dan Misteri Jatuhnya Malaysia Airlines MH370 di Samudra Hindia

Pencarian multinasional telah dilakukan setelah pesawat dinyatakan hilang. Pencarian khusus di bawah laut juga telah dilakukan sampai beberapa bulan kemudian. Namun semua upaya itu gagal.

Kini, setelah pencarian enam tahun lalu itu sempat berhenti, awal tahun 2020 ini ada kemungkinan pencarian dilanjutkan meski hanya dalam hitungan bulan.

Pakar penerbangan Universitas Kuala Lumpur, Profesor Dr. Mohd Harridon Mohammed Suffian mengatakan bahwa setiap kelanjutkan dari pencarian harus didasari oleh petunjuk baru yang kredibel, di mana sampai saat ini masih belum ada.

Setiap tahunnya, teori baru tentang hilangnya MH370 selalu muncul dan dibantah oleh pihak berwenang baik dari Malaysia, China dan Australia.

Hingga kini, Kementerian Transportasi Malaysia juga belum membuat keputusan terkait pencarian baru karena belum ada petunjuk baru.

Kementerian juga diharuskan berkonsultasi dengan China dan Australia jika ada keputusan tentang pencarian ulang.

Baca juga: Mantan PM Australia Sebut Ada Pejabat Malaysia Yakin Pilot Malaysia Airlines MH370 Bunuh Diri

Seorang penyelidik penerbangan, kapten (Rtd) Abdul Rahmat Omat Tun Mohd Haniff mengatakan bahwa Kementerian Transportasi tidak akan melakukan pencarian tanpa adanya petunjuk baru.

Abdul Rahmat Omat, mantan perwira penyelidik Angkatan Udara Malaysia menyarankan bahwa saat ini mungkin Kementerian Luar Negeri dapat bekerja sama dengan rekan-rekannya di Madagaskar, La Reunion dan negara-negara di Afrika Barat Daya.

Menurutnya, pemerintah negara-negara yang terlibat dapat diminta untuk memberitahu otoritas lokal masing-masing di wilayah pesisir jika menemukan benda apapun yang mungkin milik pesawat naas MH370.

Upaya tersebut dipikir Abdul Rahmat Omat akan lebih membantu dalam mengetahui lokasi terakhir keberadaan pesawat MH370.

Sementara itu, seorang geostrategis, Azmi Hassan, mengatakan bahwa aktivitas pencarian akan mengeluarkan banyak biaya, untuk itu dibutuhkan petunjuk baru yang kredibel untuk melakukan pencarian.

"Petunjuk baru yang dibicarakan baru-baru ini sebagian besar baru didasarkan pada model arus laut yang berbeda dari sebelumnya," tambahnya. Intinya, tanpa petunjuk baru, misteri penerbangan terbesar dunia akan tetap menjadi misteri.

Baca juga: Pilot MH370 Ternyata Tetap Kendalikan Pesawat hingga Saat Terakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com