Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wawancara Perdana Salman Rushdie Pasca-insiden Penikaman

Dia masih berjuang untuk menulis dan, kadang-kadang, mengalami mimpi buruk yang menakutkan.

Namun, dia mengatakan dalam wawancara pertamanya sejak serangan itu, bahwa rasa syukur, tetap ada di hatinya.

"Ya, Anda tahu, saya lebih baik," katanya kepada David Remnick dari The New Yorker selama wawancara yang diterbitkan Senin (6/2/2023), seperti dilansir dari Associated Press.

"Tapi, mengingat apa yang terjadi, saya tidak terlalu buruk," tambahnya. "Luka-luka besar sembuh. Saya (masih) merasakan di ibu jari, jari telunjuk dan bagian bawah telapak tangan. Saya melakukan banyak terapi tangan, dan saya diberitahu bahwa saya melakukannya dengan sangat baik.”

Remnick, yang berbicara dengan Rushdie secara langsung di kantor agennya di Manhattan dan melalui Zoom, menulis bahwa penulis pemenang Booker Prize itu telah kehilangan lebih dari 40 pound (18 kilogram).

Dia juga kebanyakan membaca melalui iPad sehingga dia dapat menyesuaikan pencahayaan dan ukuran huruf.

"Ada jaringan parut di sisi kanan wajahnya," tulis Remnick. “Dia berbicara dengan lancar seperti biasa, tapi bibir bawahnya terkulai di satu sisi. Saraf ulnaris di tangan kirinya rusak parah,” tambahnya.

Rushdie, 75 tahun, hidup dalam persembunyian selama bertahun-tahun setelah Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini dari Iran mengeluarkan fatwa pada tahun 1989 yang menyerukan kematiannya karena dugaan penistaan terhadap novel “The Satanic Verses.”

Tapi Rushdie sudah lama bergerak dengan bebas, dengan keamanan minimal, dan tidak merasakan risiko apa pun.

Sampai pada Agustus 2022 lalu, tragedi terjadi di Chautauqua Institution, pusat pendidikan dan retret nirlaba di New York barat.

Rushdie berada di atas panggung ketika didekati oleh seorang pemuda berpakaian serba hitam dan membawa pisau.

Tersangka penyerang, Hadi Matar, mengaku tidak bersalah atas tuduhan penyerangan dan percobaan pembunuhan.

Selama wawancaranya di New Yorker, Rushdie menyebut Matar sebagai seorang "idiot", tetapi dia tidak merasa marah.

“Saya telah berusaha sangat keras selama bertahun-tahun untuk menghindari tudingan dan kepahitan,” katanya.

“Saya hanya berpikir itu bukan tampilan yang bagus. Salah satu cara saya menangani semua ini adalah dengan melihat ke depan dan bukan ke belakang. Apa yang terjadi besok lebih penting daripada apa yang terjadi kemarin,” tambahnya.

Wawancara tersebut keluar pada malam penerbitan novel baru Rushdie, "Victory City", yang dia selesaikan sebulan sebelum  diserang.

Novel itu menampilkan seorang protagonis yang hidup sampai usia 247 tahun.

https://www.kompas.com/global/read/2023/02/07/160000770/wawancara-perdana-salman-rushdie-pasca-insiden-penikaman-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke