Surat dakwaan yang tidak disegel, yang diajukan di Distrik Kolombia AS, menuduh warga negara Australia yang dinaturalisasi itu menerima 12 pembayaran sebesar 9.900 atau 9.500 dollar AS, dengan kuitansi bertuliskan “pelatihan pengembangan pribadi”.
Dilansir dari Guardian, dikatakan pembayaran dilakukan oleh bisnis yang tidak disebutkan namanya yang berbasis di China yang, menurut pemerintah AS, memperoleh peralatan militer dan data teknis untuk pemerintah dan militer.
Rincian baru dalam dakwaan menuduh Duggan, 54 tahun, menegosiasikan persyaratan layanannya dan menulis dalam email September 2012 saat berada di China.
"Sebagai imbalannya, dia berharap anak-anaknya akan dijamin seumur hidup," tulis rincian itu.
Duggan dituduh memberikan pelatihan militer kepada pilot China di akademi uji terbang di Afrika Selatan yang mengharuskan guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penerbangan angkatan laut yang memenuhi standar NATO.
Surat dakwaan yang tidak disegel juga menuduh Duggan bernegosiasi langsung dengan warga negara China untuk memberikan layanan tambahan kepada badan usaha milik negara.
“Layanan ini termasuk evaluasi pelatihan pilot militer, pengujian peralatan terkait penerbangan angkatan laut, dan instruksi tentang taktik, teknik, dan prosedur yang terkait dengan peluncuran dan pendaratan di kapal induk angkatan laut,” kata dakwaan tersebut.
"Baik Duggan maupun komplotannya tidak mengajukan izin dari pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan layanan pertahanan kepada warga negara asing mana pun," tambahnya.
Duggan menghadapi empat dakwaan, termasuk konspirasi untuk menipu Amerika Serikat dengan konspirasi untuk mengekspor layanan pertahanan secara tidak sah ke China, konspirasi untuk mencuci uang, dan dua dakwaan melanggar tindakan kontrol ekspor senjata dan lalu lintas internasional dalam peraturan senjata.
Dia ditangkap oleh polisi federal Australia di kota regional New South Wales pada 21 Oktober, atas permintaan FBI.
https://www.kompas.com/global/read/2023/01/03/130000770/skandal-mantan-marinir-as-latih-militer-china-diduga-ada-transaksi-besar